Pemerintahan Biden Diminta Bersikap Lebih Keras ke China
Mike Pence mendesak pemerintahan Joe Biden bersikap lebih keras ke China
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Mantan wakil presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence meminta Presiden Joe Biden mengambil sikap lebih keras terhadap China. Menurut Pence, pemerintahan AS saat ini bersikap lunak terhadap Beijing.
Pence mengatakan rezim China, yang bercita-cita menjadi kekuatan global dominan, adalah ancaman bagi AS. Dia mengkritik keputusan-keputusan pemerintahan Biden yang dinilai menguntungkan Negeri Tirai Bambu, salah satunya yakni bergabung kembali dengan Kesepakatan Iklim Paris.
“Kelemahan membangkitkan kejahatan. China merasakan kelemahan dalam pemerintahan baru,” kata Pence yang bakal menjadi kandidat calon presiden AS dari Partai Republik pada pemilu 2024 sebagaimana dilaporkan Bloomberg, Rabu (14/7).
Pence mengatakan AS harus menuntut penjelasan dari China tentang asal-usul virus SARS-Cov-2 penyebab Covid-19. Sebab terdapat sejumlah ilmuwan yang masih berpendapat bahwa Covid-19 muncul akibat kebocoran laboratorium. Pence turut menyerukan agar semua pendanaan publik dan swasta untuk penelitian ilmiah di China dihentikan.
Di bidang ekonomi, Pence menyerukan percepatan pemisahan ekonomi AS dan China di industri-industri utama. Dia mengatakan AS harus melarang investasi China dalam proyek-proyek infrastruktur penting AS. Pence juga meminta subsidi federal untuk pertanian Amerika yang dikelola entitas China dihentikan. Jumlah perusahaan Negeri Tirai Bambu yang dilarang berinvestasi di Negeri Paman Sam diminta ditingkatkan.
Pence mengatakan Biden juga harus segera melarang penerbitan visa H1-B kepada warga negara China yang dipekerjakan perusahaan teknologi AS. Hal itu guna melindungi kekayaan intelektual dan keamanan nasional Amerika.
Pence mengatakan pemerintahan Biden pun harus meminta agar perhelatan Olimpiade Musim Dingin 2022 yang seharusnya digelar di Beijing dipindahkan. Kecuali China berterus terang tentang asal-usul Covid-19 dan mengakhiri penindasannya terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.