Tak Ada Efek Samping Setelah Vaksinasi, Apa Artinya?
Ada sebagian orang yang tak merasakan apapun usai vaksinasi Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini sudah ada 21 vaksin Covid-19 yang diizinkan penggunaannya di dunia. Cukup banyak orang merasakan beberapa efek samping setelah menjalani vaksinasi. Namun, ada pula orang-orang yang tak merasakan apa pun setelah vaksinasi.
Beberapa efek samping vaksinasi yang umum dikeluhkan adalah pembengkakan, kemerahan, dan rasa nyeri di area suntikan. Beberapa efek samping lain yang juga kerap dilaporkan adalah demam, sakit kepala, lelah, nyeri toto, mual, dan menggigil.
Beberapa pihak menilai kemunculan efek samping mengindikasikan bahwa sistem imun sedang "belajar" melawan virus corona. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan mengenai tingkat perlindungan yang dimiliki oleh orang-orang yang tak merasakan efek samping setelah vaksinasi.
Terkait hal ini, profesor penyakit menular dari Vanderbilt University Medical Center William Schaffner MD mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara efek samping dan perlindungan terkait vaksinasi. Baik yang merasakan efek samping atau tidak, sama-sama bisa mendapatkan perlindungan dari vaksin Covid-19.
"Tak ada hubungan langsung antara efek samping dan proteksi," jelas Prof Schaffner, seperti dilansir Medical News Today, Selasa (27/7).
Dalam uji coba vaksin Covid-19 mRNA misalnya, efektivitas perlindungan yang diberikan bisa mencapai lebih dari 90 persen. Hanya kurang dari 10 persen partisipan yang mendapatkan perlindungan sebagian atau tak mendapatkan perlindungan sama sekali.
Menurut Prof Schaffner, salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuk atau tidaknya perlindungan setelah vaksinasi adalah kondisi tubuh penerimanya. Tubuh orang-orang yang memiliki gangguan sistem imun mungkin tak dapat membangun proteksi terhadap virus corona secara optimal setelah vaksinasi.
Prof Schaffner juga menyoroti peran obat-obatan. Beberapa jenis obat seperti obat imunosupresan dan beberapa obat dalam terapi kanker dapat memberikan dampak negatif terhadap efektivitas vaksin Covid-19.
Beberapa ilmuwan menyarankan tes antibodi untuk mengukur apakah vaksin Covid-19 berhasil membangun kekebalan terhadap SARS-CoV-2 atau tidak. Akan tetapi, Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat tak menyarankan tes antibodi untuk mengevaluasi kadar kekebalan penerima vaksin terhadap Covid-19.
Alasannya, FDA khawatir bila hasil tes antibodi tersebut dapat memunculkan perilaku yang santai dan abai terhadap protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. Bila hal ini terjadi, penyebaran Covid-19 bisa meningkat.
Direktur Infectious Diseases Serology Laboratory di Mayo Clinic Dr Elitza S Theel menekankan pentingnya vaksinasi di masa pandemi Covid-19. Dr Theel mengatakan sebagian besar peningkatan kasus Covid-19 terjadi pada individu yang belum divaksinasi.
"Hal-hal ini bisa dengan luas dicegah bila para individu memilih vaksinasi," ungkap Dr Theel.