Anak Yatim dan Kesadaran Spiritual Masyarakat

Anak Yatim dan Kesadaran Spiritual Masyarakat.

.
Rep: Ummi Aleeya Red: Retizen
Anak yatim (sumber : nasional.republika.co.id

Sekitar lima tahun yang lalu, saya berkeliling ke beberapa panti yatim. Melakukan survey dan wawancara ke beberapa tempat, terutama panti yang berlokasi di pinggir jalan besar, atau dekat komplek perumahan ternama. Kegiatan tersebut memberikan saya wacana baru. Adanya tingkat kesadaran spiritual yang tinggi dari masyarakat. Saat saya melakukan wawancara di sebuah panti, hampir tiap lima belas menit ada motor atau mobil yang melintas lalu berhenti. Mereka dengan penuh kesadaran memberikan bantuan. Mereka ikhlas dan ingin dekat dengan Rasululloh Muhammad Saw kelak di Yaumil Akhir, tercatat sebagai penyantun anak yatim.


Beberapa panti yang menampung anak yatim sejak usia dini terlihat lebih mampu mendidik anak-anak dengan baik. Mereka masih suci, belum terpapar gadget. Santun dalam bertutur. Mudah mengurusnya. Ada pula panti yang mengurus anak-anak yang tinggal di sekitarnya. Sang anak masih mendapat asuhan sang Ibu dan rutin datang ke panti untuk mendapat pembinaan ilmu keagamaan.

Dari wawancara tersebut, saya dibuat kaget ketika salah satu pengasuh panti yatim menangis terisak. Ia sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari anak panti. Mereka sangat sulit mengikuti aturan. Selidik punya selidik, ternyata mereka datang ke panti di usia remaja, usia pancaroba. Pantaslah mereka keras kepala.

Tentu tidak mudah mendidik anak-anak di usia remaja, di mana mereka sudah memiliki bentukan awal dari keluarga masing-masing. Luar biasa perjuangan para pembimbing anak yatim. Ia menangis sedih mengingat beratnya tanggung jawab yang dipikul.

Do’a Anak Yatim

Kesadaran masyarakat untuk menyantuni anak yatim menumbuhkan keyakinan bahwa memperoleh doá dari anak yatim membuat harapan menjadi makbul. Doá yang diharapkan diijabah. Hidup para penyantun dilimpahi berkah.

Menyayangi dan menyantuni anak yatim bisa diberikan dalam bentuk yang lebih bermakna. Alih-alih hanya memintanya membacakan doá dan memberikan selembar uang tanda terima kasih, kita bisa memberikan mereka keterampilan sebagai bekal hidupnya kelak. Salah satu yang pernah saya lakukan adalah memberikan papan pencapaian buatan Indscript yang dibiayai donator sebagai alat ukur mereka melangkah menggapai mimpi dan cita-citanya.

Anak yatim, terutama yang tinggal di panti dan di daerah terpencil memiliki kondisi berbeda dengan mereka yang tinggal di kota dengan kelengkapan fasilitas dan pendanaan panti yang berasal dari donator tetapnya. Datangi mereka, beri mereka keterampilan dengan mengajarkan skill yang kita miliki.

Selesai menulis artikel ini, saya jadi teringat untuk merealisasikan kegiatan menulis bersama anak panti asuhan yang tertunda akibat Covid. Bagaimana pendapat Anda? Sudah memiliki rencana indah bersama anak yatim?

sumber : https://retizen.id/posts/12473/anak-yatim-dan-kesadaran-spiritual-masyarakat
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler