Kunci Keberhasilan Nabi Ibrahim AS Membangun Keluarga

Nabi Ibrahim AS adalah komunikator yang sangat baik dalam keluarga

pxhere
Nabi Ibrahim AS adalah komunikator yang sangat baik dalam keluarga sebagaimana diabadikan Alquran. Ilustrasi Alquran
Rep: Andrian Saputra Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, — Setiap orang mendambakan bisa mempunyai keluarga yang bahagia dan harmonis. Sebuah keluarga yang mampu bersama-sama melewati ujian kehidupan. Suami, istri dan anak menemukan adanya ketentraman dan kenyamanan dalam keluarga serta memiliki kasih sayang yang kuat satu sama lainnya. 

Baca Juga


Alquran Al Karim telah memberi banyak petunjuk bagi seorang Muslim agar dapat membangun keluarga sakinah. Diantara petunjuk-petunjuk itu tersirat dalam kisah-kisah para nabi dan Rasul yang dijelaskan Alquran. 

Pendakwah yang juga ketua Komunikasi Informasi dan Hubungan Masyarakat dan Kelembagaan, Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), Ustadz Jejen Zaenudin menjelaskan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah seorang Muslim dapat mengambil hikmah dari kisah Nabi Ibrahim. 

Alquran menyebutkan Nabi Ibrahim sekitar 52 kali. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al Mumtahanah ayat 6: 

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Mahakaya lagi Mahaterpuji.”   

Nabi Ibrahim adalah teladan. Begitupun dengan cara nabi Ibrahim dalam membangun keluarganya patut untuk diteladani setiap Muslim.  

Ustdaz Jejen menerangkan salah satu keteladanan Nabi Ibrahim adalah mampu membangun komunikasi yang baik terhadap orang tuanya, istri, dan anaknya. 

Dalam sirah nabawiyah, dijelaskan Nabi Ibrahim memiliki orang tua yang profesinya adalah pembuatan berhala. Dia bernama Azar. Akan tetapi Nabi Ibrahim mampu menyampaikan misi dakwahnya dengan cara santun tanpa menyakiti orang tuanya. Dialog antara Nabi Ibrahim dan ayahnya itu pun diabadikan dalam Alquran surat Maryam ayat 43-44. 

يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّا

“Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Mahapemurah.”

Sementara itu Nabi Ibrahim pun adalah teladan khususnya bagi kaum laki-laki agar mambu membangun dialog yang baik dengan istrinya. Dalam sirah dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim  pernah mendapatkan perintah dari Allah SWT karena itu ida harus meninggalkan istrinya yaitu sayyidati Hajar yang baru melahirkan Ismail di sebuah gurun tandus.   

Nabi Ibrahim mampu membangun komunikasi yang baik dengan istrinya sehingga merelakan kepergiannya untuk menjalankan perintah Allah SWT. Hikmah dari keikhlasan dan ketaatan sayyidati Hajar, Allah SWT memberikan pertolongan ketika Ismail khausan. Allah menurunkan mukjizat kepada Ismail sehingga keluarlah air zam-zam di tengah-tengah gurun tandus itu.        

Lebih lanjut Ustadz Jejen juga menerangkan bahwa Nabi Ibrahim juga bisa membangun hubungan baik dengan anaknya Ismail. Sebagaimana dijelaskan dalam surat As Safat ayat 102. Dalam ayat itu diterangkan bagaimana Nabi Ibrahim di ujian Allah SWT. 

Dia mendapatkan wahyu untuk menyembelih putranya Ismail, Nabi Ibrahim justru membangun komunikasi dengan Ismail. Dia meminta Ismail untuk memberikan tanggapannya atas wahyu dari Allah SWT yang memerintahkan menyembelih putra kesayangannya. 

Menurut Ustadz Jejen penggunaan kata ya bunayya dalam ayat tersebut bukan sebatas kata ustaz nida atau panggilan yang berarti Hei Anakku yang diucapkan Ibrahim kepada Ismail. Tetapi di balik itu, Ibrahim memberikan perhatian penuh kepada putranya Ismail. Ibrahim dan keluarganya pun lolos dari ujian. 

"Hikmahnya terjadi dialog dan komunikasi. Ini menjadi persoalan penting bagi kita sebagai orang tua berhadapan dengan anak-anak, kemudian sebagai guru di sekolah berhadapan dengan siswa, komunikasi itu dibangun. (Lihat) ketika Nabi Ibrahim berhasil membangun komunikasi itu, Ismail pun rela. Nabi Ibrahim menjadi komunikator yang hebat," kata Usatdz Jejen dalam kajian virtual Persis beberapa waktu lalu yang bertajuk Komunikasi Keluarga Bercermin Kepada Nabi Ibrahim, sebagaimana dikutip dari dokumentasi Republika.

Oleh karena itu dalam kehidupan berumah tangga, membangun dialog antar sesama anggota keluarga menjadi sangat penting agar tercapainya ketentraman dan kasih sayang satu sama lain. 

Sebab menurutnya banyak permasalahan sosial yang muncul di tengah masyarakat disebabkan karena permasalah yang muncul dan tidak bisa terselesaikan di keluarga. 

Diaa mencontohkan kasus-kasus kenakalan anak atau remaja di tengah masyarakat yang merugikan banyak orang banyak di latar belakangi karena buntunya komunikasi dan dialog antar anggota keluarganya.  

"Kalau tidak ada dialog anak kita tidak terkontrol, munculnya patologi sosial di kalangan remaja itu karena orang tua tidak bisa mengontrol. Semisal anak hamil di luar nikah, kenapa itu terjadi karena komunikasi (di keluarga) tidak ada," katanya.  

Karena itu, menurut Ustadz Jejen  selain komunikasi yang terbangun dengan baik antara suami dan istri, maka penting juga membangun komunikasi dengan anak. Untuk itu orang tua juga harus dapat mengetahui hal yang digemari anak, berusaha memahaminya, dan menyempatkan dialog tentang hal-hal yang menjadi perhatian anak. Yang juga penting, orang tua juga perlu mengenal orang-orang terdekat atau teman-teman anaknya. Sehingga mampu mengontrolnya. 

Dalam kondisi pandemi Covid-19, menurut Ustadz Jejen menjadi momentum yang sangat baik bagi setiap keluarga Musim untuk membangun komunikasi dengan sesama anggota keluarganya. Meluangkan waktu tanpa gadget untuk dapat berdialog bersama anggota keluarga menjadi hal yang baik untuk membangun keluarga yang harmonis.       

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler