Warga Sipil Jadi Korban Pertempuran Afghanistan Vs Taliban
PBB mendesak Afghanistan dan Taliban melindungi warga sipil
REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – PBB mengatakan warga sipil telah menjadi korban dalam pertempuran sengit pasukan Afghanistan dengan Taliban. Ia mendesak kedua belah pihak untuk lebih memperhatikan keselamatan warga.
"Serangan darat Taliban dan serangan udara Tentara Nasional Afghanistan menyebabkan kerusakan paling besar. Kekhawatiran mendalam tentang penembakan tanpa pandang bulu, kerusakan atau pendudukan fasilitas kesehatan, dan rumah warga sipil. Pihak-pihak harus berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil atau dampaknya akan menjadi bencana besar,” kata Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) lewat akun Twitter resminya pada Selasa (3/8).
Taliban berhasil menguasai sebagian besar distrik di Afghanistan. Hal itu terjadi sejak Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya mulai menarik pasukan mereka dari negara tersebut. Pasukan Afghanistan pun berusaha membendung dan mematahkan keberhasilan Taliban.
Pertempuran sengit selama beberapa hari terjadi di Lashkar Gah, ibu kota provinsi Helmand. Para pejabat Afghanistan mengatakan, sebanyak 11 stasiun radio dan empat stasiun televisi di kota tersebut telah direbut Taliban. “Teroris tidak ingin media mempublikasikan fakta dan mengekspose ketidakadilan mereka,” kata Kementerian Informasi dan Kebudayaan Afghanistan dalam sebuah pernyataan pada Selasa.
Stasiun radio Sukon adalah salah satu yang direbut dan diduduki Taliban. “Kami menghentikan siaran kami dua hari lalu karena Taliban merebut gedung stasiun kami,” ungkap direktur radio Sukon, Sefatullah.
Jatuhnya Lashkar Gah ke tangan Taliban akan menjadi pukulan besar bagi Pemerintah Afghanistan. Sebab, mereka telah berjanji akan mempertahankan kota tersebut dengan segala cara.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan pemerintahannya telah menyusun rencana keamanan untuk mematahkan perlawanan Taliban dalam enam bulan. Rencana itu disebut memperoleh dukungan AS dan masyarakat internasional. “Rencana keamanan kami jelas. Kami semua siap untuk mengakhiri pemberontakan (Taliban) dalam enam bulan ke depan,” kata Ghani saat berbicara di parlemen Afghanistan pada Senin (2/8), dikutip laman Yeni Safak.
Dalam pelaksanaannya, militer Afghanistan akan berkonsentrasi pada pertahanan aset strategis. Sementara kepolisian, bakal berupaya mengamankan kabupaten dan kota strategis. “Untuk pelaksanaan rencana ini, dalam kepemimpinan AS, kami mendapat dukungan yang tepat dari mitra internasional kami. Dukungan keuangan dan politik internasional akan tetap bersama kami,” ucap Ghani.
Ghani mengisyaratkan menunggu respons Taliban atas pengumuman rencana keamanan tersebut. “Kami telah membuat keputusan kami. Taliban dan pendukungnya harus membuat keputusan mereka,” ujarnya.