Ribuan Orang Mengungsi Akibat Gelombang Panas di Yunani

Yunani menghadapi gelombang panas terburuk sejak 1987.

Egyptian Streets
Gelombang panas. ilustrasi
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Ribuan orang meninggalkan rumah di utara Athena, Yunani pada hari Selasa (3/8) ketika api mencapai daerah pemukiman. Peristiwa itu terjadi hanya selang sehari setelah Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis mengatakan Yunani saat ini berada di tengah-tengah gelombang panas terburuk dalam lebih dari 30 tahun.

Baca Juga


Kobaran api mengirimkan awan asap besar ke atas Athena dan mendorong beberapa evakuasi di dekat Tatoi, 20 kilometer ke utara. Warga meninggalkan rumah mereka dengan mobil dan sepeda motor, menuju ibu kota di tengah kabut asap.
 
"Ini kebakaran besar dan akan membutuhkan banyak pekerjaan untuk mengendalikannya. Dedaunan sangat lebat di daerah ini dan sangat kering karena gelombang panas, jadi kondisinya sulit." kata gubernur regional Athena, George Patoulis dilansir di Euronews, Rabu (4/8).
 
Kebakaran hutan juga berkobar di bagian lain Yunani, mendorong evakuasi di daerah pesisir wilayah Peloponnese selatan serta di pulau Evia dan Kos.
 
Mitsotakis mengatakan, Senin (2/8), negara itu menghadapi gelombang panas terburuk sejak 1987 menyebabkan beban pada jaringan listrik. Gelombang panas pada tahun 1987 menewaskan lebih dari 1.100 orang.
 
Mitsotakis menambahkan, pihak berwenang sedang melakukan segala kemungkinan untuk mengatasi situasi ini dan mendesak pengguna untuk membatasi konsumsi mereka terutama pada awal sore dan malam hari.
 
Suhu mencapai 45 derajat Celcius di beberapa daerah pada hari Senin. Gelombang panas diperkirakan akan mencapai puncaknya awal pekan ini.
 

 
Ibukota Yunani mengalami suhu tertinggi 42°C di beberapa bagian pada hari Selasa. Pihak berwenang telah menutup situs kuno pada sore hari, termasuk Acropolis. Benteng kuno tersebut biasanya buka dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam di musim panas. Namun, situs itu akan dikurangi jam kerjanya sampai Jumat, tutup antara tengah hari dan jam 5 sore.
 
Kebakaran yang terjadi akhir pekan lalu berada dalam resesi pada hari Senin, tetapi petugas pemadam kebakaran terus bekerja untuk mengendalikannya.
 
"Pada bulan Juli kami mengalami 1.584 kebakaran dibandingkan 953 pada tahun 2019. Kita tidak lagi berbicara tentang perubahan iklim tetapi tentang ancaman iklim," kata Wakil Menteri Perlindungan Sipil Nikos Hardalias.
 
Menurut Hardalias, Yunani berada dalam fase deregulasi iklim absolut, dengan menyebutkan bahwa dalam 48 jam terakhir, kami mengalami 116 kebakaran di Yunani.
 
Sementara itu, sedikitnya delapan orang telah tewas di Turki ketika kebakaran hutan menyebar di bagian selatan wisata negara itu. Uni Eropa dan negara-negara lain yang menjanjikan bantuan pesawat yang menjatuhkan airke wilayah kebakaran di Turki.
 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler