Kisah Mualaf Dewa Putu Adhi: Teguh Diterpa Berbagai Ujian

Dewa Putu Adhi menemukan ciri-ciri Nabi Muhammad SAW dalam kitab Weda Hindu..

Tangkapan layar Youtube Refly Harun
Kisah Mualaf Dewa Putu Adhi: Teguh Diterpa Berbagai Ujian. Mantan gitaris asal Bali, Dewa Putu Adhi, menceritakan kisah perjuangannya setelah menjadi mualaf di saluran Youtube Refly Harun.
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan gitaris asal Bali, Dewa Putu Adhi, menceritakan kisah perjuangannya setelah menjadi mualaf. Pria bertato ini memeluk Islam dari sebelumnya Hindu pada 2017.

Baca Juga


Dewa berpindah keyakinan setelah dia mempelajari Islam dan menemukan ciri-ciri Nabi Muhammad SAW dalam kitab Weda Hindu. Dalam tayangan di saluran Youtube Refly Harun, Dewa menuturkan berbagai ujian yang diterimanya setelah memeluk agama barunya, Islam.

Dewa mengaku ia masuk Islam bukan karena menikah dengan istrinya yang berasal dari keluarga Muslim. Ia mengaku justru dirinya yang membawa istri pada Islam. Sebab meskipun keluarganya Muslim, tetapi ia tidak menjalankan agamanya.

Berbagai cobaan menguji keteguhan iman Dewa Putu Adhi. Di awal hijrah, ia masih menjalani karier bermusik di kafe-kafe sebagai musisi bayaran.

Saat itu, Dewa mengaku menerima banyak godaan yang mengajaknya untuk memeluk agama mereka dengan imbalan uang, bahkan ada yang menawarkan hingga setengah miliar rupiah. Namun, Dewa kemudian menjelaskan ia telah memeluk Islam dan balik mendakwahi orang tersebut.

Tidak berhenti di situ, Allah juga memberinya ujian lain. Dewa mengutip ayat Alquran yang menyatakan mereka yang mengaku beriman akan Allah uji.

 

Salah satu cobaan yang terberat adalah saat kelahiran anak keduanya pada 2017. Saat tengah malam, istrinya mengeluh sakit. Hingga waktu sholat Subuh, istrinya menangis karena merasakan sakit di perutnya dan mulai mengeluarkan cairan dari rahimnya. Dewa kemudian membawanya ke rumah sakit.

 

 

Sesampainya di UGD, Dewa terpaksa meninggalkan istrinya karena ia harus mencari uang untuk membayar biaya perawatan istrinya di rumah sakit tersebut.

"Karena hari itu uang yang saya pegang hanya Rp 26 ribu. Dahulu, saya beli apa pun, motor Harley, jajan gitar, kayaknya uang nggak habis-habis, jalan-jalan ke luar negeri dan sebagainya. Begitu Islam, Allah ambil semuanya," ungkap Dewa.

"Kalau kata guru saya Ustadz Adi Hidayat (UAH), jadi kayak nguras bak air mandi, jadi benar-benar sampai airnya habis, kemudian sakit, harus disikat kerak-keraknya. Benar-benar habis, kosong, sakit, sakit badan, pikiran dan semuanya," ujarnya.

Di tengah kebingungan seperti itu, Dewa terpikir meminta bantuan kepada teman-teman artisnya. Ia lantas mendatangi satu per satu teman artis, sekitar 11 orang, tetapi tidak ada satu pun yang memberinya pinjaman uang. Bahkan, ia mengaku ada salah satu rekan artis yang enggan menemuinya dan hanya diwakili asisten.

Sampai akhirnya, rumah sakit menghubungi dan memintanya kembali ke rumah sakit untuk mengisi sebuah surat pernyataan. Isinya menyatakan tidak menuntut jika terjadi sesuatu dengan kandungan istrinya karena ia tidak membayar uang muka untuk mengambil tindakan medis.

Saat itu, Dewa merasa bingung lantaran ia masih belum mendapatkan pinjaman uang sepeser pun. Dewa hanya melihat istrinya menahan sakit. Dalam benak Dewa saat itu, ia tidak ingin mencoreng nama baik mualaf dengan mengemis atau meminta bantuan kepada orang lain.

Karena itulah, ia juga kerap mengingatkan para mualaf agar tidak menjual kemualafannya untuk minta dikasihani atau dibantu. Dewa akhirnya menghubungi Ustadz Khalid Basalamah dan hanya mengatakan ia tengah dalam kesulitan. Dewa meminta Ustadz Khalid memberitahunya doa dan amalan apa supaya ia bisa keluar dari masalah tersebut.

 

"Saat itu, dia bilang, sejak kapan manusia diciptakan Allah untuk mencari jalan keluar, Allah menciptakan manusia untuk beribadah. Jadi kalau antum punya kesulitan, ibadah, minta sama Allah," ujarnya.

Ucapan Ustadz Khalid itu menjadi tamparan baginya. Pasalnya, yang biasanya ia melakukan sholat dhuha, hari itu ia melewatkannya.

Bahkan, waktu sholat zhuhur nyaris dilewatkannya karena ia sibuk di rumah sakit. Dewa kemudian mencari mushala di rumah sakit tersebut dan kemudian memanjatkan doa kepada Tuhannya.

"Karena baru memeluk Islam, jadi tidak banyak doa yang saya ketahui. Saya cuma berdoa gini, ya Allah selamatkan istri dan anak saya," katanya.

Dewa lantas kembali pada istrinya dan ketika itu pula perawat mengatakan janin di dalam kandungan istrinya harus dikeluarkan lantaran detak jantung bayi sudah tidak ada. Perasaan Dewa kala itu begitu berat.

Secara mengejutkan seorang teman mualaf China menemuinya ke rumah sakit dan langsung membayar lunas biaya rumah sakit. Ia merasa senang bercampur haru.

Hal itu membuatnya merenung dan berkata bahwa manusia kerap lupa pada Allah. Ketika punya kesulitan dan masalah, manusia baru mencari Allah. Sedangkan ketika tengah dibuai kesenangan, mereka enggan menemui Allah.

 

"Ternyata orang yang kayak saya, minta sama Allah, Allah kasih. Saya beribadah saja belum sempurna, tapi masih Engkau (Allah) bantu," katanya.

Dewa merasa bersyukur karena bayi yang dinantinya itu lahir dengan sehat dan selamat dan tumbuh kembang dengan baik hingga saat ini. Belajar dari kisahnya ini, Dewa mengungkapkan ia kerap menyampaikan kepada jamaahnya agar jangan lupa kepada Allah dan harus lebih memperbanyak ibadah, terutama di masa pandemi seperti ini.

Saat ini, Dewa mengaku lebih banyak menghabiskan waktu berdakwah. Menurutnya, istrinya juga sudah mengikhlaskan suaminya melakukan safari dakwah hingga harus meninggalkan rumah berhari-hari.

Selain berdakwah, Dewa juga menggarap film dan memiliki penghasilan dari itu. Ia mengungkapkan berencana membuat film tentang Pangeran Diponegoro.

Selama masa pandemi ini, ia juga masih menjalankan aktivitas dakwahnya. Dewa mengungkap ia kerap diberi amplop dari dakwahnya.

Bahkan, ia mengaku pernah mendapat hingga Rp 60 juta dalam satu kali dakwah. Kala itu, ia mengaku terkejut hingga ia menghubungi panitia acara. Menurutnya, saat itu ia berdakwah di suatu majelis taklim yang isinya para pengusaha Muslim.

Namun, ia tidak ingin rasa ikhlasnya hilang, di sisi lain ia juga masih memiliki bisnis. Karena itu, Dewa mengaku ingin berdakwah karena ikhlas, bukan karena tarif.

 

Dewa juga berpikir, guru agama seperti 'ustadz kampung' bahkan lebih berhak mendapat bayaran tinggi. Sebab, menurutnya, orang-orang lebih bersedia membayar mahal untuk sekolah dan les pelajaran lain, sementara guru ngaji kerap dibayar murah. Apalagi, rata-rata guru ngaji tidak menarifkan bayaran, dan wali murid membayar seikhlasnya.

"Saya ingin orang lebih sadar dan bangga pada Islam. Orang tua kita yang sudah almarhum hanya selamat berkat doa anak-anak, dan bagaimana bisa selamat kalau anak-anaknya tidak paham agama, tidak bisa mengaji," kata Dewa.

Dewa juga mengungkapkan satu-satunya kitab suci agama di dunia yang bisa dihafal hanya Alquran. Selain itu, ia menyeru agar umat Islam bersatu karena Islam konsepnya adalah jamaah.

Dewa menceritakan kisah perjuangan umat Islam dalam perang di masa Rasulullah, jumlah pasukan Islam kala itu tidak pernah berimbang dengan pasukan lawan. Namun, pasukan Muslim bisa memenangkan peperangan. Kecuali pada perang Uhud, di mana umat Islam yang awalnya menang, kemudian menjadi kalah setelah sebagian pasukan Muslim tidak mengikuti perintah pimpinan dan tergiur dengan ghanimah (harta rampasan perang).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler