Menulis Kalimat 'Insya Allah' yang Benar Menurut Mufti Menk
Penulisan "insya Allah" kerap menjadi perdebatan di antara umat Islam.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak sedikit umat Islam di Indonesia yang beradu argumen tentang cara penulisan Insya Allah, sebuah kalimat yang diajarkan Allah SWT dan Rasul-Nya dalam surat Al-Kahf ayat 24. Berdebat tentang penulisan yang benar, entah itu "Insyaallah", "Insya Allah"', "In Syaa Allah", atau bahkan seperti penulisan di Barat, "Insha Allah".
Terkait masalah ini, seorang Mufti Zimbabwe Ismael Menk menjelaskan, banyak orang berdebat terkait masalah ini karena menilai kesalahan penulisan dapat menyebabkan seseorang menjadi kufur. Terlebih, kata Insya Allah diduga bisa diartikan “jika Allah berkehendak” atau bahkan “Menciptakan Allah.”
Pria yang biasa dipanggil dengan Mufti Menk ini mengatakan, perkara ini hanya terkait transliterasi, yakni menuliskan satu kata atau kalimat bahasa Arab dengan bahasa Indonesia. Transliterasi dilakukan agar orang dengan mudah bisa membaca suatu kata atau kalimat asing. Sehingga cara penulisan apa pun yang dipilih selama jika dibaca sesuai dengan kalimat Arabnya. Apakah itu Insya Allah, Insyaallah, atau In Syaa Allah bisa dibenarkan.
“Itu (Insya Allah) adalah bahasa Arab, tetapi saya hanya menulisnya dalam bahasa lain agar orang dapat membacanya. Aku bisa menulisnya bagaimana pun caranya selama itu dapat dibaca oleh orang-orang. Mereka dapat melihatnya, mereka bisa membacanya,” katanya melalui saluran Youtube Mufti Menk.
Umat Muslim di Barat dan di negara-negara Asia seperti Malaysia dicontohkannya menulis huruf Arab “Sin” dengan “Syin” sehingga menulis Insya Allah. TIdak seperti banyak Muslim Barat yang menulisnya Insha Allah. Jadi transliterasi suatu kata bisa berbeda-beda.
Dia juga mencontohkan tentang penulisan "Bismillahirrahmanirrahim" yang biasa ditulis menyambung. Bukan memisahkannya dengan memenggalnya di tiap kata, seperti "Bismi Allah Ar-Rahman Ar-Rahim".
Mengenai perubahan arti menjadi "Menciptakan Allah" disebutnya hanya bisa diartikan begitu jika cara membacanya adalah Insyi Allah, yakni menjadikan katanya menjadi bentuk “Amr” atau perintah. Atau juga menjadikannya kata kerja dengan membacanya Insya Ullah, dengan menjadikannya bentuk “Mudhari”.
“Saya pikir kita harus berhenti berdebat tentang hal-hal ini. Dan tolong, jika Anda menulisnya dalam bahasa Arab, coba tulis tiga kata terpisah. Dan jika Anda menulis Insya Allah meskipun itu dirasa salah, tetapi semua orang tahu apa artinya. Secara linguistik mungkin salah, tapi tidak menjadikan seseorang menjadi kufur atau semacamnya,” ujarnya.