Jepang: Covid-19 Menyebar Sangat Cepat di Semua Wilayah

Jepang meminta pasien Covid-19 bergejala ringan untuk isolasi di rumah

AP
Tenaga kesehatan menyiapkan vaksin Moderna untuk disuntikan kepada warga di bangsal Sumida, Tokyo, Rabu (30/6). Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menargetkan vaksinasi Covid-19 setiap harinya mencapai satu juta dosis dalam sehari yang diharapkan selesai pada bulan Oktober atau November mendatang, menjelang perhelatan Olimpiade Tokyo dan pemilihan umum pada musim gugur mendatang. (AP Photo/Eugene Hoshiko)Putra M. Akbar
Rep: Fergi Nadira Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang mengingatkan penyebaran kasus Covid-19 yang melonjak sangat cepat di semua wilayah terutama di Tokyo. Menteri Kesehatan Jepang Norihisa Tamura mengatakan, bahwa varian Delta menyebabkan penyebaran infeksi yang tak terlihat sebelumnya.

Baca Juga


"Pandemi telah memasuki fase baru, kecuali kita memiliki cukup tempat tidur, kita tidak dapat membawa orang ke rumah sakit. Kami bertindak pre-emptive," kata Tamura kepada parlemen dikutip laman Al Arabiya, Kamis (5/8).

Jepang mengumumkan kebijakan baru pencegahan penyakit yakni meminta pasien Covid-19 bergejala yang lebih ringan untuk diisolasi di rumah, daripada ke rumah sakit. Namun, Menkes juga mengisyaratkan kemungkinan untuk membatalkan kebijakan tersebut. Sebab, keputusan untuk meminta beberapa orang sakit untuk tinggal di rumah telah menuai kritik dari para ahli medis karena membahayakan nyawa. "Jika hal-hal tidak berjalan seperti yang kami harapkan, kami dapat membatalkan kebijakan tersebut," kata Tamura.

Menurutnya, perubahan kebijakan adalah langkah untuk menghadapi penyebaran varian baru yang sangat cepat secara tak terduga. Jepang telah melihat peningkatan tajam dalam kasus virus corona.

Tokyo melaporkan rekor 4.166 kasus baru pada Rabu (4/8) waktu setempat. Secara nasional, kasus baru yang dilaporkan mencapai rekor baru lebih dari 14.200.

Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan, hanya pasien Covid-19 yang sakit parah dan mereka yang berisiko terinfeksi yang akan dirawat di rumah sakit. Sementara yang lain harus mengisolasi di rumah. Namun, perubahan kebijakan yang dikhawatirkan dapat menyebabkan peningkatan kematian.

Kantor berita Jiji melaporkan bahwa pejabat di Partai Demokrat Liberal yang berkuasa telah setuju untuk mencabut kebijakan tersebut. Hal itu sesuai seruan serupa yang dibuat oleh anggota parlemen oposisi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler