Keluarga Presiden Haiti Menanti Titik Terang Pembunuhan

Pembunuhan Jovenel Moise juga melibatkan pengawal presiden Haiti

AP/Matias Delacroix
Seorang pria menyentuh potret mendiang Presiden Haiti Jovenel Moïse di luar Katedral tempat upacara peringatan untuknya berlangsung di Cap-Haitien, Haiti, Kamis, 22 Juli 2021. Moïse dibunuh di rumahnya pada 7 Juli.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, PORT-AU-PRINCE -- Sebulan setelah pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise, kebenaran masih belum terkuak. Keluarga mendiang Presiden Moise masih menanti titik terang atas pembunuhan keji tersebut.

Baca Juga


Pihak berwenang Haiti mengklaim sekelompok tentara bayaran asing yang berasal dari Kolombia dan Florida telah membunuh Moise. Pembunuhan juga melibatkan pengawal presiden. Sejumlah konspirasi lainnya terkait pembunuhan Moise juga mulai menyebar. Tetapi, putra Moise, Joverlein Moise, menyakini bahwa semua informasi yang diberikan kepada keluarga tidak benar. 

"Apa yang mereka katakan kepada kami bukanlah kebenaran. Tapi kami menunggu," ujar Joverlein Moise dalam sosial media.

Polisi dan pejabat Kementerian Kehakiman menuduh lebih dari 20 tentara bayaran Kolombia memasuki rumah presiden di lereng bukit pada 7 Juli, sekitar pukul 01.00 dini hari waktu setempat. Kediaman presiden biasanya dijaga dengan ketat.

Mantan prajurit militer Kolombia yang disewa tampaknya menghadapi sedikit perlawanan ketika berada di kediaman presiden. Namun tindakan saling tuduh mulai berputar di sekitar pengawal elite presiden Moise. Setidaknya dua pemimpin unit keamanan presiden ditahan, karena dicurigai terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Lima orang Kolombia yang dicari oleh polisi masih buron. Detektif polisi Haiti, yang telah bekerja dengan agen dari Biro Investigasi Federal AS (FBI) telah menangkap seorang dokter yaitu Christian Emmanuel Sanon. Dokter yang berusia 63 tahun dan berbasis di Florida itu, dituduh membantu merencanakan pembunuhan terhadap Presiden Moise.

Kepala polisi Haiti mengatakan, Sanon ingin mengambil alih sebagai presiden. Dia kemudian menyewa tentara bayaran Kolombia, yang dibantu oleh setidaknya dua orang Haiti-Amerika. 

Mantan Ibu Negara Martine Moise, terkena luka tembak di lengannya saat pelaku menyergap kediaman mereka. Martine Moise menjalani perawatan di rumah sakit Miami. Dia telah kembali ke Haiti pada 17 Juli lalu. Dia mengatakan kepada pelayat yang menghadiri  pemakaman suaminya bahwa, Haiti harus memetakan jalan tanpa kekerasan ke depan.

"Kami tidak ingin balas dendam atau kekerasan. Ayo teriakkan keadilan," ujar Martine Moise. 

 

Presiden Kolombia Ivan Duque mengatakan, banyak mantan tentara Kolombia yang dituduh terlibat dalam pembunuhan Moise pergi. Mereka pergi ke Haiti untuk bekerja sebagai pengawal, tetapi mantan tentara Kolombia yang lainnya mengetahui bahwa sebuah tindam kejahatan sedang direncanakan.

Pihak berwenang Haiti mengatakan Moise ditembak mati di rumahnya pada 7 Juli oleh sekelompok pembunuh termasuk 26 warga Kolombia dan dua warga Amerika Haiti.  Delapan belas warga Kolombia telah ditahan dan tiga lainnya dibunuh oleh polisi dalam baku tembak.

"Ada kelompok besar yang dibawa untuk misi perlindungan, tetapi di dalam kelompok itu, ada kelompok yang lebih kecil, yaitu mereka yang tampaknya memiliki pengetahuan rinci tentang apa yang akan menjadi operasi kriminal," kata Presiden Duque kepada La FM  radio. "Apakah itu memaafkan anggota grup lainnya? Sayangnya tidak, karena mereka juga berpartisipasi dalam situasi tersebut," ujarnya.

Juru bicara Pentagon Ken Hoffman mengatakan, sebagian kecil mantan tentara Kolombia yang ditahan telah menerima pelatihan militer AS, saat masih bertugas sebagai anggota militer aktif. Kolombia adalah salah satu mitra militer AS terkuat di Amerika Latin. Kolombia menerima bantuan keamanan senilai miliaran dolar, dan pelatihan yang difokuskan untuk melawan kelompok Marxis yang didanai oleh perdagangan narkoba, pemerasan dan penculikan.

"Tuduhan dapat diajukan di Amerika Serikat terhadap mereka yang membunuh Moise," kata seorang pejabat senior pemerintah AS. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler