Studi: Vaksin Moderna Lindungi dari Varian Delta

Perlindungan dari varian delta tampak bertahan setidaknya enam bulan.

EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Vaksin Covid-19 Moderna. Studi mengungkap, vaksin tersebut dapat melindungi penerimanya dari varian delta.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Vaksin Covid-19 Moderna dapat melindungi orang setidaknya selama enam bulan, kemungkinan bisa lebih lama, bahkan terhadap varian delta. Perlindungan terhadap varian delta hampir tidak berkurang seiring waktu, menurut temuan tim yang dipimpin National Institutes of Health.

"Level tinggi antibodi pengikat mengenali semua varian yang diuji, termasuk B.1.351 (beta) dan B.1.617.2 (delta), bertahan pada semua subjek selama periode waktu ini," kata ahli imunologi Nicole Doria-Rose dan rekan di National Institute of Allergy and Infectious Diseases, National Institutes of Health (NIH) dalam laporan yang diterbitkan dalam jurnal Science.

Baca Juga



Selama enam bulan, mereka menguji darah dari 24 sukarelawan yang divaksinasi penuh pada beberapa titik waktu, yakni empat pekan setelah dosis pertama vaksin Moderna dan kemudian pada tiga titik setelah mereka dianggap divaksinasi penuh dengan dua dosis. Tim ini akan terus mencari bukti perlindungan lebih dari enam bulan.

"Pada puncak respons terhadap dosis vaksin kedua, semua individu memiliki respons terhadap semua varian," tulis tim tersebut, dikutip dari laman Fox 13 Tampa Bay, Jumat.

Dua pekan setelah dosis kedua vaksin Moderna, mereka menemukan bahwa seluruh sampel darah tampak menetralkan semua varian. Mereka menyertakan semua varian yang paling umum atau mengkhawatirkan dalam pengujian, yakni B.1.1.7 (alpha), B.1.351 (beta), P.1 (gamma), B.1.429 (epsilon), B.1.526 (iota), dan B.1.617.2 (delta).

Varian yang paling mungkin untuk menghindari perlindungan kekebalan adalah beta (B.1.351), varian yang pertama kali terlihat di Afrika Selatan. Enam bulan setelah dosis kedua, lebih dari setengah sampel darah mempertahankan antibodi yang sepenuhnya menetralkan sampel varian beta.

Akan tetapi, pada enam bulan, 96 persen sampel memiliki respons antibodi penuh terhadap varian delta. Antibodi tidak menceritakan keseluruhan cerita, catat para peneliti. Seiring waktu, orang menumbuhkan sel kekebalan--yang disebut sel B dan T--yang juga melindungi tubuh dari virus.

"Individu yang menunjukkan penurunan respons imun dari waktu ke waktu cenderung memiliki sel B memori yang mampu memberikan respons anamnestik (peningkatan) terhadap varian tersebut atau berpotensi memproduksi kekebalan dengan dosis vaksin tambahan," tulis mereka.

Peneliti juga hanya menemukan sedikit bukti bahwa kekebalan berkurang lebih cepat pada orang dewasa yang lebih tua. Mereka membagi sampel darahnya ke dalam kelompok berdasarkan usia.

"Yang penting, banyak subjek dalam kelompok tertua mempertahankan aktivitas penetralan terhadap varian virus enam bulan setelah dosis vaksin kedua," tulis mereka.

Gejala Covid-19 terkait varian Delta. - (Republika)



Varian yang berbeda memiliki mutasi genetik yang berbeda, jadi mereka juga mengujinya satu per satu. Penyebab utama dalam respons imun yang lebih lemah adalah mutasi E484K, yang terlihat pada varian virus beta, gamma dan iota, tetapi tidak pada delta.

"Sementara studi tambahan akan diperlukan untuk mengatasi dampak varian baru yang pasti akan muncul di area infeksi virus yang intens, data kami mendorong penggunaan vaksin ini dalam menghadapi variasi virus," tulis mereka.

Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) telah mengesahkan dosis penguat untuk orang yang tidak pernah memiliki banyak respons imun terhadap dua dosis pertama vaksin Moderna dan Pfizer, yang menggunakan teknologi mRNA serupa. Namun, pejabat kesehatan AS mengatakan terlalu dini untuk mempertimbangkan dosis booster karena alasan kekebalan yang berkurang.

"Kami percaya cepat atau lambat Anda akan membutuhkan booster untuk daya tahan dan perlindungan, tapi waktunya bukan sekarang," kata Fauci dalam pengarahan Tim Tanggap Covid-19 Gedung Putih, Kamis.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler