Pelajar dan Pendapat Mereka Tentang Pembelajaran Jarak Jauh
Pelajar dan pendapat mereka tentang pembelajaran jarak jauh.
Pandemi Covid 19 adalah sebuah bencana yang sangat mengejutkan bagi banyak pihak, termasuk pelajar. Bagaimana tidak, pelajar yang terbiasa belajar di sekolah, menjadi kurang nyaman belajar di rumah, banyak sekali keluhannya. Namun, bukan masalah keluhan siswa. PJJ ini justru menjadi ajang kegagalan guru dalam mendidik dan kegagalan pemerintah dalam memberikan fasilitas kepada siswa.
Beberapa keluhan bukan hanya datang dari siswa, namun juga dari orang tua. Beban orang tua seperti pemberian fasilitas, pendampingan belajar, dan juga paket data yang setiap saat bisa habis dan harus mengisi ulang. Belum lagi keluhan dari tingkat pemahaman yang menurun dan siswa yang terbebani tugas, ujian, dan penilaian lainnya. Dan beberapa siswa juga mengeluhkan kegagalan mencapai pemahaman maksimal sehingga siswa mendapatkan nilai yang kurang maksimal, beberapa siswa juga menginginkan kemerdekaan belajar, belajar dengan bebas sesuai minat dan bakat tanpa mendapatkan tekanan untuk mempelajari hal yang tidak diinginkan. Beberapa siswa juga mengeluhkan sinyal yang buruk diakibatkan siswa berada di daerah pelosok yang masih kesulitan mendapatkan sinyal. Beberapa siswa juga mengeluhkan tugas yang terlalu banyak.
Disini mulai terlihat kurangnya inovasi dalam PJJ ini, sehingga banyak siswa yang masih belum mampu memahami pembelajaran, selain itu, konsep merdeka belajar yang dicanangkan pemerintah juga gagal dilaksanakan saat PJJ. Hal ini bukan karena guru yang tidak maksimal, namun dikarenakan siswa tidak bisa mengakses fasilitas dari sekolah. Masalah lain yang cukup pelik adalah, bahwa PJJ ini berimbas pada ekonomi orang tua siswa ( Wali siswa ), ini disebabkan orang tua dari beberapa siswa mengalami penurunan pendapatan, sedangkan kebutuhan siswa terus meningkat, seperti fasilitas Handphone, laptop, paket data, dan lain sebagainya, sehingga berdampak pada ekonomi keluarga siswa.
Beberapa sekolah dan perguruan tinggi juga masih mewajibkan orang tua peserta didik untuk membayar biaya sekolah, padahal, peserta tidak memakai fasilitas sekolah. Sehingga menjadi tanda tanya apakah ada tindak pidana korupsi di beberapa sekolah dan perguruan tinggi tersebut.
Kegagalan sistem PJJ ini bukan seratus persen salah pemerintah dan guru, di beberapa kasus, kurangnya perhatian orang tua juga berdampak pada penurunan kualitas pendidikan, sehingga berimbas pada penurunan pemahaman, belum lagi sistem di kurikulum yang mewajibkan siswa bisa menguasai semua mapel agar lulus ujian, membuat siswa semakin stress dan tidak mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Sehingga menjadi evaluasi dan juga pembelajaran bagi semua pihak, terutama pemerintah dan pihak sekolah sebagai penyedia fasilitas pendidikan.
Jangan lupa nugas!, biar nggak ditagih guru
Falah Habib Nurrohman