Kafe Robot Tokyo Tawarkan Inklusi Bagi Difabel
Kafe ini mempekerjakan staf di seluruh Jepang dan luar negeri.
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Di sebuah kafe di Tokyo, Michio Imai menyapa seorang pelanggan, tetapi tidak secara langsung. Dia berada ratusan kilometer jauhnya, mengoperasikan robot pelayan sebagai bagian dari eksperimen dalam pekerjaan yang inklusif.
Robot Dawn Cafe dihadirkan untuk lebih dari sekadar gimmick, menawarkan peluang kerja kepada orang-orang yang kesulitan bekerja di luar rumah.
"Halo, apa kabarmu?" robot putih ramping berbentuk seperti bayi penguin memanggil dari konter di dekat pintu masuk, memalingkan wajahnya ke pelanggan dan melambaikan siripnya.
Dilansir dari Malay Mail, Ahad (22/8), Imai berada di belakang kendali di rumahnya di Hiroshima, 800 km (500 mil) jauhnya. Ia salah satu dari sekitar 50 karyawan difabel yang bekerja sebagai "pilot" Dawn, mengoperasikan staf robot.
Kafe dibuka di distrik Nihonbashi Tokyo pusat pada Juni dan mempekerjakan staf di seluruh Jepang dan luar negeri, serta beberapa yang bekerja di lokasi. Awalnya, kafe itu seharusnya dibuka tahun lalu bertepatan dengan Paralimpiade, tetapi pembukaannya ditunda karena pandemi-sama seperti Olimpiade, yang dimulai pada Selasa (24/8).
Sekitar 20 robot mini dengan mata berbentuk almond duduk di atas meja dan di bagian lain kafe, yang tidak memiliki tangga dan lantai kayu halus yang cukup besar untuk kursi roda. Mesin bernama OriHime ini memiliki fitur kamera, mikrofon dan speaker untuk memungkinkan operator berkomunikasi dengan pelanggan dari jarak jauh.
"Bolehkah saya mengambil pesanan Anda?" tanya seseorang, di sebelah tablet yang menunjukkan menu burger, kari dan salad.
Saat pelanggan mengobrol dengan pilot yang mengoperasikan robot mini, tiga versi humanoid yang lebih besar bergerak untuk menyajikan minuman atau menyambut pelanggan di pintu masuk. Dan bahkan ada robot barista dengan celemek cokelat di bar yang bisa membuat kopi dengan French press.
Bagian dari Masyarakat
Tetapi robot sebagian besar merupakan media di mana pekerja dapat berkomunikasi dengan pelanggan.
"Saya berbicara dengan pelanggan kami tentang banyak hal, termasuk cuaca, kampung halaman dan kondisi kesehatan saya," kata Imai, yang memiliki gangguan gejala somatik yang membuat sulit meninggalkan rumah.
"Selama saya masih hidup, saya ingin memberikan sesuatu kepada masyarakat dengan bekerja. Saya merasa senang jika saya bisa menjadi bagian dari masyarakat," ujarnya lagi.
Imai mendirikan kafe dengan dukungan dari perusahaan besar dan urun dana (crowdfunding). Ia menyatakan, mengatakan eksperimennya lebih dari sekadar robot.
"Pelanggan kafe tidak benar-benar datang ke lokasi ini hanya untuk bertemu OriHime. Ada orang yang mengoperasikan OriHime di belakang layar, dan pelanggan akan kembali untuk melihatnya lagi," kata Imai.
Operator lain memiliki berbagai kemampuan yang berbeda, termasuk beberapa pasien Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) yang menggunakan gerakan mata pada panel digital khusus untuk mengirim sinyal ke robot. Proyek ini merupakan gagasan Kentaro Yoshifuji, seorang pengusaha yang ikut mendirikan perusahaan Ory Laboratory yang membuat robot.
Setelah menderita serangan kesehatan yang buruk sebagai seorang anak yang membuatnya tidak dapat pergi ke sekolah, ia mulai memikirkan cara untuk membawa orang ke dunia kerja bahkan jika mereka tidak dapat meninggalkan rumah.
"Saya sedang memikirkan bagaimana orang dapat memiliki pilihan pekerjaan ketika mereka ingin bekerja," kata pria berusia 33 tahun itu.
"Ini adalah tempat di mana orang dapat berpartisipasi dalam masyarakat," ujarnya lagi.