Kaspersky Deteksi 5,8 Juta Malware Menyamar di Gim

Serangan malware sebanding dengan pertumbuhan industri gim.

Republika TV/Fian Firatmaja
Bermain gim (ilustrasi)
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaspersky mendeteksi lebih dari 5,8 juta serangan oleh malware yang menyamar sebagai gim PC populer. Angka ini terdeteksi dalam periode kuartal ketiga 2020 hingga kuartal pertama 2021. Peningkatan volume ini diduga terkait dengan pertumbuhan pesat aktivitas gim selama pandemi.

Baca Juga


Data tersebut berasal dari laporan ancaman siber terkait gim yang baru dirilis oleh Kaspersky. Kaspersky menganalisis serangan dengan malware dan perangkat lunak berbahaya lainnya yang menyamar sebagai 24 gim PC paling populer dan 10 judul ponsel teratas tahun 2021.

Industri gim menyaksikan pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya selama 18 bulan terakhir. Pertumbuhan industri gim didorong lantaran pembatasan sosial yang memaksa orang-orang tetap berada di rumah.

Permintaan akan gim tetap ada dan industri ini diprediksi akan tumbuh lebih jauh lagi, mencapai potensi puncak sebesar 175,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun 2021. Dengan pemikiran ini, para peneliti Kaspersky melakukan ulasan tentang berbagai ancaman terkait gim yang dihadapi penggunanya selama pandemi-mulai dari potensi serangan pada PC dan seluler hingga skema phishing.

Hasilnya menunjukkan bahwa ancaman siber terkait gim PC melonjak seiring diterapkannya masa karantina wilayah di Q2 2020, mencapai 2,48 juta deteksi di seluruh dunia-ini meningkat 66 persen dibandingkan Q1 2020 ketika 1,48 juta serangan terdeteksi. Menariknya, tahun ini jumlah serangan dan pengguna yang terinfeksi menurun tajam pada Q2 2021-menjadi hanya 636.904 serangan.

Gim seluler menunjukkan tren yang sedikit berbeda. Jumlah pengguna yang terpengaruh tumbuh sebesar 185 persen pada awal pandemi, dari 1138 pengguna pada Februari 2020 menjadi 3253 pengguna pada Maret 2020.

Selain itu, jumlah pengguna yang menggunakan gim di ponsel setelah dua gelombang pandemi. Data menunjukkan rata-rata penurunan 10 persen pada pengguna yang diserang per bulan pada Q2 2020 dibandingkan Q2 2021. Ini menunjukkan bahwa ancaman seluler tetap menarik bagi pelaku kejahatan siber bahkan ketika masa social lockdown dicabut di seluruh dunia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler