Kasus Covid-19 Indonesia yang Terus Membaik
September ini kasus di Indonesia terus melandai, sedangkan kasus dunia masuki puncak.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Haura Hafizhah
Perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia sejak terjadinya gelombang pertama hingga kedua mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan kasus di dunia dan sejumlah negara lainnya, seperti Amerika Serikat, Malaysia, Jepang, dan juga India. Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut, pada perkembangan di tingkat dunia, kasus Covid-19 saat ini mengalami gelombang ketiga dan kurvanya sudah mulai melandai perlahan. Ketiga puncak kasus ini terjadi pada Januari 2021, April, dan Agustus-September.
Ia kemudian menjelaskan secara rinci terkait tren perkembangan kasus di sejumlah negara. Di Amerika Serikat yang menjadi penyumbang total kasus positif terbanyak di dunia saat ini tengah mengalami gelombang ketiga dan kurva penambahan kasusnya telah mulai melandai.
Pola kenaikan kasus di AS ini, kata Wiku, mirip dengan pola kenaikan kasus dunia, terutama pada kenaikan kasus pada Januari 2021 dan September 2021. “Terdapat sedikit perbedaan bahwa pada April 2021 kasus Covid-19 dunia mengalami lonjakan, sedangkan di AS mengalami penurunan,” ujar Wiku saat konferensi pers, Selasa (14/9).
Sementara di Malaysia dan Jepang memiliki pola kenaikan kasus yang serupa dengan dunia, yakni mengalami tiga kali lonjakan kasus pada Januari, April, dan Agustus-September 2021. Saat ini, perkembangan kasus di Jepang sudah mulai menunjukkan penurunan, namun kasus di Malaysia masih berada di puncak kasus ketiga.
Sedangkan di India, Satgas menilai mengalami perkembangan kasus yang berbeda dari negara-negara lainnya. India mengalami lonjakan kasus pertamanya yakni pada September 2021 di mana negara-negara lain belum mencapai puncak pertama. Namun ketika negara lain mengalami lonjakan kasus di Januari 2021, India justru mengalami penurunan kasus.
Kemudian, kasus kembali mengalami lonjakan sangat signifikan pada April 2021 dan menyumbangkan kasus tertinggi pada periode tersebut. Puncak kasus kedua tersebut mengalami penurunan dan hingga saat ini tren kasus di India menunjukan kurva datar selama 2,5 bulan berturut-turut di saat dunia dan negara lainnya mengalami kenaikan kasus.
Jika dibandingkan dengan pola kenaikan kasus di Indonesia, maka Indonesia mengalami periode puncak kasus pertama yang sama dengan tingkat dunia, Amerika Serikat, Malaysia, dan Jepang, yakni pada Januari 2021. “Namun uniknya, adalah ketika dunia dan negara lainnya mengalami puncak kedua pada April 2021, Indonesia justru masih terus mengalami pelandaian kasus,” kata Wiku.
Dan ketika Indonesia mengalami puncak kasus kedua di Juli lalu, justru negara-negara lainnya dan dunia tidak mengalami kenaikan. Serta pada September ini kasus di Indonesia terus melandai, sedangkan kasus dunia mengalami puncak ketiga.
Wiku menilai, lonjakan kedua di Indonesia yang terjadi pada Juli lalu dan tidak diikuti dengan lonjakan kasus dunia menunjukkan bahwa meskipun Indonesia mengalami kenaikan kasus yang signifikan, namun tidak cukup signifikan untuk berkontribusi pada kenaikan kasus dunia. Selain itu, ujarnya, lonjakan kasus di Indonesia juga dapat segera ditangani sehingga kurvanya menunjukkan pelandaian hingga saat ini di saat negara lain mengalami lonjakan kasus ketiga.
“Perkembangan yang baik ini sudah sepatutnya kita apresiasi karena menunjukkan ketahanan bangsa kita dalam menghadapi pandemi Covid-19,” kata Wiku.
Jika dilihat pada jumlah kasus positif hariannya dan jumlah kasus per 1 juta penduduk, Indonesia memiliki jumlah kasus yang lebih sedikit dibandingkan Amerika Serikat yang juga memiliki jumlah penduduk yang mirip dengan Indonesia. Bahkan, kata Wiku, jumlah tersebut juga masih lebih kecil dibandingkan dengan negara tetangga yang jumlah penduduknya lebih sedikit dari Indonesia.
“Tugas besar kita sekarang adalah mempertahankan kurva yang telah melandai ini,” tambah dia.
Melandainya kasus Covid-19 di Tanah Air membuat pemerintah fokus pada upaya peralihan dari pandemi ke endemi. Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mengaku setuju dengan transisi dari pandemi ke endemi yang direncanakan oleh pemerintah. Namun, sampai saat ini masih ada ketimpangan fasilitas kesehatan (faskes) dan serapan vaksinasi di setiap daerah di Indonesia.
"Faktor-faktor ini kan beda di tiap daerah Indonesia. Apalagi masih ada ketimpangan faskes dan serapan vaksinasi yang bervariasi serta ketersediaannya. Kami harus mempersiapkan juga kapasitas layanan kesehatan untuk mengelola lonjakan kasus di masa depan. Mitigasi ini harus ada," katanya dalam cicitan di akun Twitter miliknya, Selasa (14/9).
Kemudian, ia melanjutkan pemerintah dan masyarakat harus menyesuaikan diri dengan pola pikir baru yaitu hidup dengan SARS-CoV-2. "Pertanyaan besarnya, apakah terlalu dini untuk transisi atau apa-apa saja yang diperlukan untuk sampai ke sana (endemi)?," kata dia.
Menurutnya, mengakhiri pandemi bukan berarti SARS-CoV-2 akan hilang dan tidak ada kasus baru. Banyak faktor yang membuat pandemi bergeser menjadi endemi. Seperti jumlah penularan, kasus dan kematian beserta polanya. Selain itu, juga soal durasi perlindungan dari vaksinasi dan infeksi alami.
"Saya rasa situasi yang membaik ini momentum yang pas untuk mempersiapkan transisi. Ya syaratnya harus ada koordinasi yang solid semua pihak dan tidak boleh menurunkan kewaspadaan. Kalau longgarnya kebablasan, bisa-bisa malah menjadi hiperendemi, alih-alih menuju endemi," kata dia.
Hari ini penambahan kasus positif harian sebanyak 4.128 orang. Penambahan kasus baru pada hari ini menjadikan total kumulatif kasus di Indonesia menjadi sebanyak 4.174.216.
Satgas mencatat lima provinsi yang menjadi kontributor tertinggi dalam penambahan kasus positif harian ini. Yakni Jawa Timur menjadi penyumbang tertinggi yang mencapai 497 kasus baru, disusul Jawa Tengah yang melaporkan 339 kasus positif, Jawa Barat menambahkan 318 kasus baru, Sumatra Utara melaporkan 308 kasus baru, dan Bali melaporkan 247 kasus.
Sebanyak 278.680 spesimen dan 185.722 orang telah diperiksa pada hari ini. Angka positivity rate orang harian pun tercatat terus menurun dan menjadi sebesar 2,22 persen pada hari ini. Sementara itu, pada kasus aktifnya mengalami penurunan sebesar 7.368 orang, sehingga menjadikan total kasus aktif yang masih dalam perawatan sebanyak 92.328.
Pada kasus kesembuhan, Satgas melaporkan bertambah 11.246 orang dan menjadikan total kasus kesembuhan sebanyak 3.942.473 orang. Sedangkan pada kasus meninggal hari ini tercatat sebanyak 250 orang. Dengan demikian, total kasus meninggal selama pandemi terjadi di Indonesia kini telah mencapai 139.415 orang. Satgas juga melaporkan masih terdapat 304.706 suspek di berbagai daerah.
Dari penambahan kasus meninggal hari ini, Provinsi Jawa Tengah melaporkan penambahan 48 kasus meninggal. Disusul Jawa Timur yang melaporkan 24 kasus, Bali menambahkan 22 kasus meninggal, Sumatra Utara melaporkan 21 kasus, dan Jawa Barat melaporkan 17 kasus meninggal.