Pemkab Segera Normalisasi Sungai Cidurian yang Picu Banjir

Normalisasi dilakukan di aliran sungai di Desa Kalong Sawah, Kecamatan Jasinga.

Republika/Putra M. Akbar
Petugas melihat bangunan yang rusak karena banjir bandang akibat meluapnya Sungai Cidurian di Desa Kalong Sawah, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (7/9).
Rep: Antara Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor segera menjalankan program normalisasi Sungai Cidurian, untuk menangani sering terjadinya banjir bandang di empat kecamatan, yaitu Cigudeg, Jasinga, Nanggung, dan Sukajaya di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.


"Kita lakukan normalisasi tahun ini, sudah proses lelang dan masa sanggah," kata anggota Tim Percepatan Pembangunan Kabupaten Bogor, Saepudin Muhtar alias Gus Udin di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jumat (17/9).

Menurut dia, program normalisasi akan dilakukan di aliran sungai di Desa Kalong Sawah, Kecamatan Jasinga. Pasalnya, di titik itu terjadi pengendapan material longsor hebat usai bencana yang terjadi pada Januari 2020.

Gus Udin menyebutkan, program normalisasi tersebut meliputi pembuatan bendung, pembangunan tembok penahan tebing (TPT), dan pengerukan material yang mengendap. Hasil investigasi Badan Informasi Geospasial menunjukkan, telah terjadi pembentukan aliran baru dari Sungai Cidurian.

Aliran sungai baru tersebut disebabkan adanya bendungan irigasi yang diduga jebol akibat tidak kuat menahan aliran dengan debit kencang. Koordinator Bidang Pemetaan Kebencanaan dan Perubahan Iklim BIG, Ferrari Pinem menyebutkan, aliran sungai tersebut awalnya kecil dan akhirnya bertambah besar seiring waktu.

Hal itu karena sungai yang lama tidak mengalirkan air akibat proses sedimentasi atau pengendapan terus-menerus. Menurut dia, sungai mati di kemudian hari akan menjadi danau tapal kuda (oxbow lake).

"Pengendapan yang terus terjadi membuat terbentuk lekukan yang semakin tajam dan akhirnya membentuk neck atau sumbatan aliran. Neck membuat aliran air terhambat dan lambat laun sungai menjadi mati," ucap Ferrari.

Dia menduga, pengendapan yang terjadi di wilayah tersebut akibat material longsor yang terbawa aliran dari daerah hulu. Pasalnya, pada Januari 2020 terjadi longsor hebat di wilayah Sukajaya dan sekitarnya.

"Bila kita telusuri ke daerah hulu seperti Kampung Urug di Sukajaya, masih banyak ditemukan sisa-sisa material longsor. Material longsor ini besar kemungkinan terbawa aliran sungai dan terendapkan di wilayah hilir, terutama pada wilayah yang mengalami penurunan gradien sungai," kata Ferrari memaparkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
 
Berita Terpopuler