Puspa Arumsari, Atlet Kelas Dunia Ikut Berlaga di PON Papua

Puspa Arumsari menjadi bagian dari Kontingen DKI Jakarta di PON Papua.

Republika/Prayogi
Puspa Arumsari saat meraih medali emat cabang pencak silat kelas artistik tunggal putri Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta, pada 2018 lalu. Di PON Papua tahun ini, Puspa menjadi anggota Kontingen DKI Jakarta.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontingen DKI Jakarta yang berkekuatan 735 atlet secara resmi sudah dilepas dan siap mengejar medali pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, 2-15 Oktober 2021. Sebagai salah satu provinsi dengan segudang atlet terbaik, DKI Jakarta juga menurunkan salah satu atlet andalannya untuk cabang olahraga pencak silat, yaitu Puspa Arumsari yang sudah bergelimang prestasi di tingkat dunia.

Baca Juga


Atlet kelahiran 10 Maret 1993 ini, akan bertanding pada nomor seni tunggal putri pada ajang olahraga multicabang nasional empat tahunan itu. Kiprahnya di pencak silat, dimulai pada usia 10 tahun saat masih berada di kelas lima sekolah dasar.

Kala itu dia diajak kakaknya, yang kebetulan seorang pelatih, untuk mengikuti ekstra kulikuler pencak silat. Sejak saat itu, Puspa pun giat berlatih mengasah kemampuannya di cabang pencak silat. Kecintaannya pada seni bela diri ini semakin mendalam berkat dorongan dari kedua orang tuanya yang selalu memberikan dorongan positif.

Belum lama menggeluti pencak silat, Puspa pun langsung membukukan gelar pertamanya di kejuaraan tingkat sekolah dasar berkat ketekunannya berlatih. Dalam keseharian, Puspa dikenal oleh keluarganya sebagai putri yang bekerja keras dan ulet dalam mengejar impiannya.

Tak jarang pula karena saking beraninya, anak keempat dari pasangan Yayat dan Imas ini juga memperlihatkan sifat tomboy. Namun, siapa mengira bahwa sifat ulet ini membantunya untuk disiplin dalam menjalani jadwal yang padat saat masih sekolah.

Pada pagi hingga siang waktunya dihabiskan untuk belajar di sekolah, lalu pada sore hingga malam disibukkan dengan latihan pencak silat. Latihan hingga larut malam pukul 22.00 pun kerap dilakoni, dan esok harinya dia harus kembali bersekolah.

Rutinitas harian seperti itu dijalani Puspa tanpa pernah mengeluh. Beranjak dewasa, Puspa terus mencatatkan prestasi di pencak silat. ]

Meski begitu, dia tak melupakan pendidikannya dan melanjutkan hingga perguruan tinggi.S elesai mengenyam pendidikan SMP dan SMA di sekolah khusus olahraga Ragunan, Jakarta Selatan, Puspa meneruskan pendidikan formalnya dengan mengambil jurusan desain grafis.

Puspa pun lulus dengan gelar sarjana dari Politeknik Negeri Jakarta di tahun 2014. Namun seiring dengan kegiatannya di pencak silat yang semakin mendalam, Puspa pun akhirnya fokus menekuni karir sebagai atlet.

Prestasi gemilangPada usianya yang ke-14, Puspa mengikuti debut kejuaraan pencak silat tingkat nasional bertajuk UNJ Open di tahun 2007, dan berbuah sukses dengan membawa pulang medali emas. Puspa juga akhirnya didapuk untuk menjadi bagian dari kontingen DKI Jakarta dan berlaga di ajang tingkat nasional.

Puspa termasuk atlet senior di DKI Jakarta. Sebelum membela kontingen ibukota ke Bumi Cenderawasih, Puspa sudah mencicipi pengalaman dua PON edisi sebelumnya, yaitu di Riau 2012 dan Jawa Barat 2016.

Pada PON perdananya di Riau, Puspa meraih medali perak. Namun prestasinya melonjak dengan memperoleh medali emas di PON 2016.

Menurut Puspa, ajang PON terakhirnya itulah yang dinilai paling berkesan jika dibandingkan seluruh kejuaraan nasional dan internasional yang pernah diikuti. Saat berlaga di PON Jawa Barat, Puspa merasakan tekanan yang luar biasa.

Tidak hanya menghadapi riuh penonton yang membela atlet tuan rumah, tapi juga pengalaman di luar nalar yang mengganggu konsentrasinya. Namun, berkat arahan dari pelatih untuk berdoa dengan tenang, akhirnya Puspa bisa mengembalikan fokusnya dan memaksa atlet tuan rumah harus berpuas dengan medali perak.

Dalam kariernya, atlet yang akrab disapa Dara ini dikenal menjadi salah satu pundi-pundi medali bagi Indonesia kala berlaga di tingkat internasional. Pada Kejuaraan Dunia 2016 yang berlangsung di Denpasar, Bali, misalnya, Puspa sukses menyabet medali emas dari nomor seni tunggal putri.

Dua tahun kemudian, Puspa menorehkan sejarah dengan berhasil menyumbang emas pertama bagi pencak silat di tingkat ajang multicabang Asian Games 2018. Puspa meraih poin tertinggi di kelas seni tunggal putri yang berlangsung di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.

Dengan catatan 467 poin, dia mengalahkan pesilat Singapura Nurzuhairah Mohammad Yazid dengan 445 poin di peringkat kedua, dan pesilat Cherry May Regalado dari Filipina yang menempati peringkat ketiga dengan 444 poin.

Berlanjut di SEA Games 2019 Filipina, Puspa menyabet medali emas setelah mengalahkan delapan pesilat, termasuk mengungguli atlet tuan rumah dengan meraih 467 poin. Pesilat Filipina, yaitu Mary Francine Padios mengantongi 454 poin dan berhak atas medali perak. Sementara di peringkat ketiga, diduduki pesilat Brunei Darussalam, Anisah Najihah Abdullah, yang mengoleksi 451 poin dan meraih medali perunggu. Keberhasilan itu menjadi medali emas kedelapan yang dipersembahkan untuk Indonesia di SEA Games 2019 Filipina.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler