Ahli: Gelombang Ketiga Covid-19 Berpotensi Terjadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Virologi Universitas Udayana I Gusti Ngurah Kadek Mahardika mengatakan potensi gelombang ketiga Covid-19 cukup sulit dihindari. Gelombang ketiga Covid-19 yang dimaksud Mahardika adalah dalam hal jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19.

"Kalau dari kasus iya pasti. Kalau case (terkonfirmasi positif) itu pasti, tetapi mudah-mudahan tidak ada gelombang ke-3 lagi untuk jumlah orang yang masuk rumah sakit, sehingga rumah sakit kewalahan dan orang yang meninggal dunia," kata Mahardika dalam diskusi daring, Kamis (30/9).

Menurutnya, hingga kini pola tren peningkatan kasus positif masih sama dengan tahun lalu, dimana lonjakan kasus terjadi pada Desember, Januari, Februari, hingga Juli.

"Saya bahkan bisa prediksi itu, kalau pola tahun lalu maka letupan kembali saya prediksi bulan Januari-Februari 2022," kata dia.

Oleh karenanya, ia pun meminta agar masyarakat tetap waspada dengan situasi pandemi Covid-19, sebelum vaksinasi nasional mencapai 70 persen. Ia menegaskan, vaksinasi tak hanya untuk melindungi diri sendiri, tetapi juga untuk melindungi orang lain.

"Sebelum vaksinasi di atas 70 persen, mohon jangan euforia dulu. Jangan membandingkan luar negeri sudah boleh nonton bola bebas, di sana sudah di atas 70 persen, kita belum. Vaksinasi di Indonesia masih rendah," kata Mahardika

"Jadi, mari vaksinasi. Ini adalah ikhtiar umat manusia, kemajuan ilmu kedokteran yang nyata sekali pengaruhnya. Mari, jangan sungkan divaksinasi," ujarnya.

Dia juga meminta kepada pemerintah untuk mempercepat tahap vaksinasi dan target bisa mencapai 100 persen di Indonesia.

"Kalau sekarang 1,5 juta per hari mungkin kalau bisa 2 juta - 4 juta perhari. Selanjutnya target vaksinasi 100 persen. Masyarakat yang belum divaksin segera kalau sudah ada panggilan untuk vaksinasi please silakan mohon, silakan vaksinasi," tegasnya.

Ihwal mutasi serta adanya varian baru dari virus Covid-19, seperti varian Mu, menurut Mahardika masyarakat bisa tetap aman dengan cara patuh dengan protokol kesehatan. "Cukup dengan protokol kesehatan yang ketat, terutama menghindari kerumunan," kata dia.

"Sekali lagi, badai ini akan berlalu. Tapi kemudian, mari kita tekan dampaknya seminimum mungkin dengan protokol kesehatan yang ketat sampai vaksinasi di atas 70 persen. Kemudian, bersedia untuk ikut vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah," tegasnya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika