Kemasan Makanan dan Minuman Plastik Harus Bebas BPA
Jangan sampai ada goresan, juga jangan menyimpan kemasan plastik terlalu lama
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Migrasi zat bisphenol A (BPA) dari kemasan makanan dan minuman plastik ternyata bisa lebih cepat prosesnya. Ada dua pemicu cepatnya proses migrasi BPA, yakni goresan dan panas.
Hal itu disampaikan Guru Besar Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip), Prof. Dr. Andri Cahyo Kumoro. Ia mengatakan, jika kemasan plastik yang mengandung BPA mengalami ada pemanasan dan goresan maka migrasi zat BPA akan lebih cepat.
“Terutama jika ada pemanasan dan goresan, migrasi BPA akan lebih cepat dibandingkan jika tidak ada guncangan atau tidak ada perlakuan thermal begitu,” kata Andri dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (1/10).
Andri menyatakan, salah satu kemasan plastik makanan dan minuman yang mempunyai potensi besar lebih cepat terjadi migrasi BPA adalah galon guna ulang. Ia mengatakan kemasan ini wajib menjadi perhatian serius.
“Sebab dalam proses distribusinya, kerap terpapar panas matahari, belum lagi saat pencucian kerap disikat dan disemprot dengan air panas juga. Kondisi ini memenuhi syarat proses cepatnya migrasi BPA. Selain itu penggunaan di masyarakat sangat besar,” ujarnya.
Menurut Andri, cara lain zat BPA bermigrasi dari kemasan plastik karena senyawa ini bisa sedikit larut di minyak.
"Jangan sampai ada goresan, juga jangan menyimpan kemasan plastik terlalu lama, saat plastik mulai rapuh maka mempermudah migrasi BPA dari struktur polikarbonat yang ada," jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahaya yang ditumbulkan jika terpapar BPA. Ia mengatakan, di anak-anak akan dapat terganggu sistem saraf, kemudian akan mengubah perilakunya. Bagi ibu hamil, kata dia, bisa terjadi miscarriage atau keguguran.
“Oleh karenanya, di berbagai negara sudah tidak direkomendasikan menggunakan kemasan yang mengandung BPA,” katanya.
Andri pun mendukung apabila BPOM sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap keselamatan konsumen mampu melakukan pembatasan.
"Saya sangat mendukung BPOM karena lembaga ini bertanggung jawab terhadap keselamatan konsumen terkait penggunaan bahan terutama bahan kimia dan bahan obat. Apalagi zat BPA ini sangat mempengaruhi terhadap kesehatan balita termasuk pada ibu-ibu hamil terutama pada janin,” tuturnya.