Epidemiolog : Tracing di PON XX tidak Boleh Luput

Penerapakan protokol kesehatan di PON XX terus diperketat

Republika/Thoudy Badai
Warga menerima hasil vaksin saat akan memasuki arena pertandingan di Istora Papua Bangkit, Kompleks Kampung Harapan, Sentani, Kanupaten Jayapura, Papua, Kamis (7/10). Setelah terjadi kasus positif saat gelaran PON XX Papua, Sejumlah venue menerapkan protokol kesehatan yang ketat seperti pembatasan maksimal kapasitas arena dan penyediaan layanan vaksin dan swab antigen untuk penonton. Republika/Thoudy Badai
Rep: Dian Fath Risalah Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan pelacakan terhadap setiap kasus positif Covid-19 di Pekan Olahraga Nasional atau PON XX Papua harus dilakukan dengan benar.

Baca Juga


Hingga Selasa (5/10) malam WIB, sudah ada 29 kasus pada peserta ajang empat tahunan tersebut. "Kalau ini luput (tracing), bisa bobol dibawa ke masing-masing daerah," kata Dicky kepada Republika.co.id, Kamis (7/10).

Dicky menegaskan, sesuai prosedur tetap penanganan Covid-19, bila ditemukan satu kasus terkonfirmasi positif Covid-19, maka tidak boleh ada interaksi dengan dunia luar.

"Protapnya, kalau ditemukan positif di buble penyelenggaraan, jangan ada penonton dulu, jangan ada interaksi dulu dengan dunia luar, sembari dituntaskan tracing ,testing dan treatment," tegas Dicky.

"Yang ada di dalam buble itu tidak boleh ada yang keluar sama sekali , dalam buble aja. Karena, harusnya orang-orang yang ada di situ dalam satu lokasi ya karantina," sambungnya.

Salah satu cara untuk mengurangi potensi penularan, adalah tidak memperbolehkan adanya orang luar dalam hal ini penonton masuk ke dalam buble. Bila ada penonton pun, kata Dicky, maka harus dipastikan tidak ada kontak.

"Seperti penonton datang ke tribun, benar-benar tidak ada kontak dengan ofisial dan pemain dan semua yang terlibat tidak hanya pemain, ofisial dan dari pejabat Pemda juga harus betul-betul dikarantina harusnya kalau masuk kontak," tegasnya.

Sebelumnya, Ketua Panitia Pengawas dan Pengarah Pekan Olahraga Nasional XX Papua, Mayjen TNI (Purn) Dr Suwarno mengatakan, kegiatan PON mengadopsi sistem bubble yang diterapkan pada saat Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020. Aturan yang diadopsi yakni para atlet hanya boleh dari penginapan ke tempat pertandingan dan tidak diizinkan pergi kemana-mana.

"Kami juga gunakan sistem buble berawal dari sebelum berangkat para atlet harus sudah divaksin di Provinsi masing-masing. Mereka juga harus menjalani isolasi atau karantina di provinsi masing-masing sebelum berangkat," terangnya.

"Setelah sampai di Papua pun hanya diperbolehkan memiliki kegiatan dari akomodasi (wisma atlet) ke tempat pertandingan. Selama di akomodasi apabila ada indikasi (suhu tinggi) baru dilakukan antigen, apabila harus PCR maka berlanjut, kalau positif maka langsung lakukan isolasi dan tracing," lanjutnya

Dia melanjutkan, bagi atlet yang akan melakukan pertandingan dengan kontak tubuh, H-1 sebelum pertandingan diwajibkan melakukan tes antigen. Pada saat akan kembali pun para atlet harus menjalani tes PCR untuk memastikan saat sampai di rumah masing-masing sehat.  

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler