Sidebar

Suasana Jeddah Pada 1979

Sunday, 10 Oct 2021 06:20 WIB
Suasana Jeddah Pada 1979. Foto: Jamaah haji asal India tempo dulu pulang berhaji dengan naik kapal laut dari Jeddah.

IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Tercatat pada 1979 Jeddah merupakan ibu kota diplomatik Arab Saudi dan pada tahun 1980-an Riyadh menjadi ibu kotanya. Menurut H. Harun Keuchik Leumiek dalam bukunya "Menelusuri Jejak Sejarah Islam Melalui Ritual Ibadah Haji" Jeddah lebih tertata daripada Makkah dan Madinah.

Baca Juga


"Bahkan kota Jeddah kelihatannya boleh dibilang kemajuannya lebih pesat dibandingkan dengan Madinah dan Makkah," tulis H. Harun.

H. Harun berpendapat, meskipun Jeddah tidak lagi menjadi ibu kota kerajaan Saudi Arabia, namun kota ini tetap sebagai kota internasional yang pembangunannya terus ditingkatkan dan ditata lebih teratur oleh pemerintah kerajaan Arab Saudi sebagai kota modern yang bertaraf internasional. Maka dari itu, Jeddah kemajuannya lebih pesat di bandingkan dengan Madinah dan Makkah. 

"Karena bangunan-bangunan di kota Jeddah pada tahun 1990 kelihatan sudah setara dengan kota-kota besar lainnya di Asia dan Eropa," katanya.

Pembangunan kota Jeddah sejak tahun 1990 memang telah dipusatkan pada segala sektor, gedung-gedung bertingkat, pertokoan, perumahan, dan industri-industri kelihatan makin banyak bermunculan. Demikian pula pusat-pusat perbelanjaan juga telah berdiri megah di Jeddah dengan penyediaan barang-barang yang serba lux meskipun dengan harga yang lumayan tinggi. 

H.Harun mengatakan, walaupun harga barang di pusat-pusat perbelanjaan Jeddah begitu tinggi, tapi pusat-pusat perbelanjaan itu tetap ramai dikunjungi jamaah untuk berbelanja, baik jamaah dari Indonesia maupun negara-negara lain. Dan bahkan kalau kita ingin melihat wanita Arab secara asli justru kita bisa melihat di Jeddah. 

"Karena banyak keluarga Arab yang tinggal di Makkah dan Madinah bila hari-hari libur mereka pergi ke Jeddah untuk berlibur," katanya.

Lebih-lebih pada malam hari, mereka yang dari Makkah dan Madinah bila berlibur ke Jeddah mereka tidak lagi memakai cadar. Di situlah kita dapat melihat bagaimana keaslian wanita-wanita Arab dengan pakaian yang tidak mengenakan cadar.

Selain berbelanja ke Jeddah, mereka yang datang dari Makkah dan Madinah juga melakukan rekreasi ke pantai laut merah yang sangat indah. Biasanya pantai laut merah ini banyak dikunjungi masyarakat pada malam hari, karena pemandangan pada malam hari lebih kelihatan indah dibandingkan siang harinya.

Di pinggir laut merah nan indah itu ada sebuah pantai yang panjangnya sekitar 40 Km dan telah disulap menjadi taman dan tempat hiburan keluarga dan taman rekreasi anak-anak. Sepertinya taman-taman yang ada di pantai laut merah itu sengaja ditimbun dan dibuat sungai di sekelilingnya hingga kelihatan lebih indah dan nyaman.

Di sini juga banyak terdapat bangunan bangunan berbentuk tugu yang dipahat dengan ukiran-ukiran seni motif Islami. Tugu-tugu bangunan tersebut tidak ada yang berbentuk patung manusia, tugu-tugu monumen itu terlihat ada yang seperti berbentuk perahu dan bentuk-bentuk lain yang sangat menarik kelihatannya. 

Bahkan di antara tugu-tugu monumen itu ada yang berbentuk sebuah sepeda “raksasa”, masyarakat di sana menyebutnya tugu “sepeda Adam”. H. Harun mengaku tidak tahu mengapa masyarakat di Jeddah itu menyebutkan sepeda yang terdapat di atas tugu tersebut sebagai sepeda Adam.

Di seputar pantai laut merah juga banyak terdapat tempat-tempat memancing yang dibuat khusus bagi orang yang hobbinya memancing, serta beberapa Masjid dan sebuah lokasi air mancur yang sangat indah, kononnya air mancur ini adalah air mancur tertinggi di dunia. 

Salah satu pusat perbelanjaan (shopping) yang paling terkenal di Jeddah adalah pasar Balad. Kabarnya pasar Balad ini dulunya adalah pasar terapung.

 

 

 

Berita terkait

Berita Lainnya