Sukabumi Gencarkan Simulasi Tangani Bencana di Daerah Rawan
Terdapat kurang lebih 5.000 warga berada tinggal di daerah berisiko tinggi.
REPUBLIKA.CO.ID,SUKABUMI -- Kota Sukabumi berupaya mengurangi risiko akibat bencana. Sebab berdasarkan data yang ada terdapat sekitar ribuan warga yang tinggal di kawasan risiko bencana.
Sehingga di momen Hari Pengurangan Risiko Bencana Internasional pada 13 Oktober, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi menggelar simulasi penanganan bencana longsor. "BPBD Kota Sukabumi dalam rangkaian Hari Pengurangan Risiko Bencana menggelar kegiatan yang sedang, sudah dan akan dilakukan dengan sasarannya masyarakat dan mahasiswa," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi Irman Whardani, Kamis (14/10).
Ia menjelaskan, misalnya pada Hari Pengurangan Risiko Bencana Internasional Kota Sukabumi memperingati dengan menggelar simulasi penanganan bencana longsor. "Tujuannya untuk mendorong masyarakat dan pemerintah untuk ambil bagian dalam membangun masyarakat yang tahan terhadap bencana alam," tambah Imran.
Di Indonesia ini telah dijadikan sebagai bulan pengurangan risiko bencana dengan beragam acara yang digelar. Imran pun menjabarkan, pengurangan risiko bencana merupakan konsep dan praktek mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengurangi faktor-faktor penyebab bencana.
Agar kegiatan pembangunan dapat berkelanjutan mereka juga harus mengurangi risiko bencana. Potret Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat yang seluas +/- 48 km secara GGHD memiliki kerawanan bencana sehingga diperlukan berbagai cara menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengurangan tingkat keterpaparannya.
Di antaranya kata Imran, meintensifkan KIE ke segala elemen dengan maksud mengurangi risiko paparan kerentanan manusia dan properti, manajemen yang tepat terhadap pengelolaan lahan dan lingkungan, dan meningkatkan kesiapan terhadap dampak bencana.
"Dari hasil pendataan rawan bencana Kota Sukabumi di tujuh kecamatan, terdapat kurang lebih 5.000 warga berada tinggal di daerah berisiko tinggi seperti bencana hidrometeorologi,'' ungkap Imran. Sehingga menjadi prioritas pemerintah untuk diberikan pembekalan perlindungan serta dilatih agar kapasitas nya meningkat serta mandiri dalam menghadapi bencana.