Mengapa Kita Butuh Maulid Nabi? Ini Penjelasan Habib Nabiel
Habib Nabiel menjelaskan mengapa kita butuh Maulid Nabi
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Maulid Nabi SAW kerap diperingati oleh umat Islam di Indonesia. Momentum maulid dinilai tepat untuk mengingatkan umat tentang sosok dan akhlak Rasulullah SAW. Meski demikian, tidak sedikit di kalangan umat yang berpendapat berbeda. Ada yang mengharamkan bahkan menganggap bid’ah orang-orang yang menyelenggarakan maulid nabi.
Pimpinan Majelis Rasulullah Habib Nabiel Al Musawa menjelaskan, Islam mengenal Al Mausim Al Khoir yaitu musim-musim kebaikan. Contohnya yakni Maulid Nabi, Isra Mi’raj dan Nuzulul Qur’an. “Orang-orang mengingat peristiwa Nabi SAW untuk menambah keimanan,”ujar Habib Nabiel saat menerima Tim Republika di Markas Majelis Rasulullah di Jakarta, Kamis (22/10).
Menurut Habib Nabiel, Maulid Nabi memang tidak pernah ada pada zaman Rasulullah dan para sahabat. Habib Nabiel menjelaskan, mereka sudah melihat, mendengar bahkan dididik langsung oleh Rasulullah SAW. Para tabi’in yang tidak pernah melihat Rasulullah bahkan bisa mendengar langsung cerita mengenai nabi dari bapaknya. Karena itu, kualitas keimanan sahabat dan para tabiin tidak sebanding dengan umat yang hidup sekarang. “Orang yang melihat langsung dan orang-orang yang gak pernah lihat sama sekali kan berbeda,”ujar Habib Nabiel.
Di dalam peringatan maulid, Habib Nabiel menjelaskan, umat akan diingatkan kembali kepada sosok Rasulullah SAW. Umat akan menyimak bagaimana akhlak Rasulullah SAW selagi muda hingga setelah berkeluarga. Lantas, mengapa tidak bisa dilakukan pada hari-hari biasa? Habib Nabiel menjelaskan, momentum diperlukan agar tidak mudah dilupakan. “Kalau kapanpun itu enggak berbekas pesannya,”jelas kakak dari almarhum Habib Munzir Al Musawa tersebut.
Lebih lanjut, Habib Nabiel menjelaskan tentang dalil penyelenggaraan maulid. Dia mengungkapkan, Rasulullah SAW dalam salah satu hadis riwayat Imam Muslim, pernah ditanya mengapa beliau SAW berpuasa pada hari Senin? Rasulullah SAW pun menjawab: “Hari Senin itu hari saya dilahirkan, hari saya diwafatkan, hari saya dibangkitkan kembali.”
Baca juga : Ketua DPD: Maulid Nabi Harus Jadi Momentum Perubahan Umat
Karena itu, jika Rasulullah merayakan hari kelahirannya dengan berpuasa, Habib Nabiel menjelaskan, generasi sekarang memperingatinya dengan acara maulid nabi. Tidak hanya itu, Habib Nabiel mengungkapkan, banyak ulama yang juga memfatwakan kebolehan peringatan Maulid Nabi. Diantaranya adalah Ibnu Hajar Asqolani dan Imam Nawawi.