5 Mitos Kesehatan Mata
Mata harus dirawat dan dijaga dengan baik mengingat peran pentingnya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata manusia adalah organ yang cara kerjanya begitu kompleks dan canggih dengan fungsi utama sebagai indera penglihatan. Mengingat peran pentingnya, mata tentu harus dirawat dan dijaga dengan baik.
Hanya saja, sejak lama, beragam mitos berkembang terkait perawatan mata dan penglihatan. Jika tidak diluruskan, bisa jadi mitos-mitos itu dianggap sebagai sebuah kebenaran meskipun menyesatkan.
Lalu, apa saja mitos yang dimaksud? Berikut lima mitos umum yang terkait dengan mata atau seputar penglihatan, seperti dilansir dari Times Now News, Selasa (24/10).
Mitos 1: Terlalu banyak menggunakan mata akan merusaknya
Faktanya, mata memang berfungsi untuk melihat apapun di sekitar Anda. Dengan perawatan yang tepat, kesehatan mata dapat terjaga dalam waktu yang lama.
Mitos 2: Membaca dalam cahaya redup atau membaca terlalu dekat akan merusak mata
Faktanya, sebelum penemuan lampu atau sumber cahaya buatan lainnya, manusia terbiasa membaca dan menulis tanpa khawatir merusak matanya. Memang benar bahwa ruangan yang cukup terang pasti akan meningkatkan efisiensi membaca dan penglihatan, tapi ruangan yang cahayanya redup juga tidak akan menghambat penglihatan.
Mitos 3: Jadwal rutin pemeriksaan mata tidak diperlukan
Seperti penyakit pada umumnya, deteksi dini dengan pemeriksaan secara rutin sangat diperlukan. Faktanya, melakukan pemeriksaan mata secara teratur tidak hanya akan memastikan kesehatan mata, tetapi juga membantu deteksi dan pengobatan dari penyakit yang mungkin berpotensi menjadi kronis di masa depan.
Mitos 4: Pakai kacamata akan menyembuhkan mata minus atau kerusakan lain
Kacamata diperlukan untuk mengoreksi distorsi dalam penglihatan. Namun, harus dicatat bahwa kacamata tidak dapat menyembuhkan kerusakan atau distorsi mata secara permanen sebab masalah itu dapat menjadi konsekuensi dari berbagai faktor, mulai dari genetika hingga komplikasi kesehatan lainnya.
Mitos 5: Hanya pria yang bisa buta warna
Kesalahpahaman ini muncul karena prevalensi pria yang buta warna lebih tinggi daripada wanita. Faktanya, meskipun jarang, buta warna pada wanita bukanlah fenomena yang mustahil.