UBSI Bangun Kualitas SDM Unggul Pascapandemi Covid-19
UBSI bersama Bank BCA dan UI angkat tema diskusi Kualitas SDM Pascapandemi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) bersama Bank BCA dan Center for Strategic Entrepreneurial Leadership, Universitas Indonesia (UI) sukses selenggarakan kegiatan InspirAction Talk. Mengusung tema ‘Membangun Kualitas SDM Unggul Pasca Pandemi Covid-19’, acara tersebut diselenggarakan secara daring melalui zoom dan youtube channel KuliahBSIAja, Jumat (29/10) silam.
Dipandu oleh Dr. Ani Wijayanti selaku moderator, acara ini menghadirkan Lianawaty Suwono selaku Direktur SDM BCA dan Prof Roy Darmawan selaku Ketua Center for Strategic Entrepreneurial Leadership, Universitas Indonesia.
Menurut Lianawaty, sebelum adanya pandemi covid-19, manusia pada umumnya telah memiliki sikap adaptif pada perubahan di dunia, setelah adanya pandemi manusia dipaksa untuk semakin beradaptasi secara cepat dan merubah interaksi manusia.
“Untuk menghadapi transformasi digital dalam bidang karier, kita harus mampu menerima teknologi apapun. Contohnya saja, awal mula munculnya fintech, semua bank mengalami keresahan, apakah bank harus mematikan e-payment tersebut atau menerimany? Sehingga yang kami lakukan adalah mendiskusikannya bersama beberapa e-commerce dan startup yang membutuhkan fintech. Ternyata semua bank menempati background di balik fintech itu sendiri,” ujarnya, Senin (1/11).
Sementara itu, Prof. Roy Darmawan mengungkapkan bahwa, dalam membangun kualitas SDM unggul harus menyiapkan SDM yang paham teknologi digital. Indonesia akan semakin maju dengan SDM berkarakter, cerdas, memiliki kompetensi dan berdaya saing di tingkat global.
“Dalam menciptakan SDM yang unggul pasca pandemi, tentunya harus memiliki Intellectual Quotient (IQ) artinya taraf kecerdasan intelektual, EQ atau lebih tepat disebut EI (Emotional Intelligence) artinya kecerdasan emosional, sedangkan SQ atau lebih tepat disebut SI adalah singkatan dari Spiritual Intelligence artinya kecerdasan ruhaniah,” ungkap Roy.
Menurutnya, SDM unggul harus memiliki kemampuan beradaptasi tinggi. Contohnya era disrupsi pada tantangan Big Data dimana pola perilaku konsumen bisa dijadikan prediksi dan tren untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Kemudian ada era internet of things (IoT), segala sesuatu menggunakan digitalisasi dan bekerja dimana saja dan kapanpun namun tetap produktif.
“Era machine learning memberikan kita kesempatan untuk selalu adaptif memiliki cara pandang yang positif. Saya meyakini dengan SDM yang memiliki cara pandang positif terhadap segala hal maka SDM tersebut bisa berkarya dan bekerja sebaik mungkin dalam segala situasi. Sehingga kita harus bisa mengombinasikan antara strategi dengan karakter untuk menghadapi situasi apapun,” katanya.
Hal yang paling sulit adalah menyiapkan SDM yang paham akan dunia digital, karena tentunya perkembangan teknologi sangat luar biasa. Sehingga SDM dituntut untuk bisa adaptif terhadap teknologi dengan menerapkan IQ, EQ, dan SQ. Sertifikasi menjadi salah satu standarisasi kemampuan untuk membuktikan bahwa SDM tersebut berkualitas.
“Selain sertifikasi, tentunya perlu SDM yang memiliki growth mindset yang bisa menjawab tantangan perubahan. Dia bisa menerapkan soft skill dan hard skill khususnya dalam kompetensi yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan tersebut. Sertifikasi juga menjadi salah satu tuntutan transformasi digital,” tutupnya.