Sering Gatal di Area Kelamin Bisa Jadi Gejala Diabetes
Kenali gejala diabetes agar komplikasi dapat dicegah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus diabetes dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan di berbagai negara. Tak heran jika penyakit yang juga biasa disebut kencing manis ini menjadi endemik global.
Di Indonesia, diabetes diidap lebih dari 10,7 juta orang. Ironisnya, banyak orang yang terlambat mengetahui dirinya terkena diabetes, karena memang gejala awal diabetes seringkali tidak disadari.
Gejala awal diabetes ada banyak, termasuk gatal-gatal di sekitar area kelamin, sering mengalami sariawan, lama menyembuhkan luka, dan penglihatan kabur. Sementara gejala dari diabetes tipe 2 termasuk sering buang air kecil terutama di malam hari, merasa haus sepanjang waktu, dan merasa sangat lelah. Diabetes tipe 2 biasanya didiagnosis setelah tes darah atau urine untuk hal lain.
"Jika Anda didiagnosis dengan diabetes tipe 2, Anda dapat mengontrol gejala hanya dengan konsumsi makanan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan memantau kadar glukosa darah Anda," kata National Health Service Inggris dalam pernyataannya, seperti dikutip dari laman Express UK, Senin (1/11).
NHS mengingatkan, karena diabetes tipe 2 adalah kondisi progresif, pada akhirnya pengidap mungkin memerlukan obat, biasanya dalam bentuk tablet. Di Inggris, sekitar 90 persen dari semua pasien diabetes dewasa memiliki tipe 2.
Beberapa orang juga berada di fase prediabetes yang berarti mereka memiliki kadar gula darah di atas kisaran normal, tetapi tidak setinggi pada penderita diabetes tipe 2. NHS mengatakan bahwa individu berisiko terkena diabetes jika berusia di atas 40 tahun atau 25 tahun untuk orang Asia Selatan, memiliki riwayat anggota keluarga diabetes, dan obesitas.
Sementara itu, Gugus Tugas Layanan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS) telah menurunkan usia yang direkomendasikan untuk memulai skrining pradiabetes dan diabetes tipe 2. Mereka menganjurkan pemeriksaan kesehatan itu pada orang-orang dewasa yang obesitas atau kelebihan berat badan dengan usia mulai 35 tahun.
"Dokter dapat mencegah komplikasi kesehatan yang serius dengan melakukan penapisan pada orang dewasa dengan kelebihan berat badan atau obesitas untuk pradiabetes dan diabetes," kata anggota Gugus Tugas Chien-Wen Tseng dalam rilis berita, dikutip dari laman Fox News, pada akhir Agustus lalu.
Ada intervensi yang efektif untuk mencegah pradiabetes berkembang menjadi diabetes dan membantu orang dengan pradiabetes meningkatkan kesehatannya. Wakil Ketua Satuan Tugas AS, Michael Barry, menjelaskan intervensi pencegahan yang direkomendasikan untuk memerangi diabetes termasuk diet dan olahraga yang tepat.
Baca juga : Jason Momoa Mengaku Positif Covid-19 Usai Premiere Dune
Untuk mencegah komplikasi kesehatan, NHS menyatakan bahwa obat bisa membantu menjaga kadar gula darah senormal mungkin. Anda mungkin harus meminum obat selama sisa hidup, dan obat atau dosisnya mungkin perlu diubah karena diabetes biasanya memburuk seiring waktu.
"Insulin jarang digunakan untuk diabetes tipe 2 di tahun-tahun awal, biasanya itu dibutuhkan ketika obat lain tidak lagi bekerja," jelas NHS.
Kepatuhan minum obat
Sementara itu, hasil riset mengungkapkan, meskipun sudah mengikuti pedoman klinis dan melakukan kendali glikemik dengan benar, diabetesi sering kali tidak mampu menurunkan nilai HbA1c hingga mencapai target. Pemeriksaan hemoglobin A1c itu merupakan salah satu cara untuk mendiagnosis dan mengontrol kondisi diabetes.
Baca juga : 4 Sarapan Lezat untuk Kontrol Kadar Gula Darah Diabetisi
"Studi menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen orang dewasa dengan diabetes tipe-2 di Indonesia gagal mencapai target HbA1c di bawah tujuh persen," kata Ketua Umum Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI) Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, awal Agustus lalu.
Mencapai target nilai HbA1c menjadi penting karena dapat mengurangi komplikasi mikrovaskuler, menurunkan angka penyakit kardiovaskular secara jangka panjang jika diterapkan pada pasien yang baru terdiagnosis, dan menurunkan angka kematian terkait diabetes. Pendekatan multifaktorial dalam penanganan diabetes tipe-2 memerlukan sejumlah pengobatan yang berbeda.
Hal ini dapat menurunkan tingkat kepatuhan pasien selama menjalani pengobatan. Sebuah studi menunjukkan bahwa sekitar 50 persen orang dengan diabetes memiliki tingkat kepatuhan yang sangat rendah karena proses pengobatan yang rumit. Menyederhanakan proses pengobatan merupakan langkah utama untuk meningkatkan tingkat kepatuhan pasien.
"Berbagai kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi dan kepatuhan pasien yang rendah dalam menjalankan pengobatan diabetes dapat menyebabkan risiko komplikasi yang serius," ujar Prof Suastika.
Dalam pernyataan terpisah, Diabetes UK menyatakan bahwa pengidap diabetes juga tidak lebih berisiko terkena Covid-19 daripada orang lain. Namun, orang dengan diabetes lebih rentan mengembangkan gejala yang parah jika terinfeksi Covid-19.
Baca juga : Ratu Belanda Nilai Gojek Bantu UMKM di Indonesia