Populasi Muslim yang Meningkat dan Islamofobia di Kanada
Islam menjadi agama dengan pertumbuhan tercepat di Kanada
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Kiki Sakinah / Meiliza Laveda
Populasi muslim di Kanada telah meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak 1996. Berdasarkan survei baru tentang religiusitas di Kanada oleh StatsCan, Islam menjadi agama dengan pertumbuhan tercepat di negara tersebut.
Para analis dalam laporan yang diterbitkan oleh StatsCan menuliskan, bahwa lanskap keagamaan di Kanada telah mengalami perubahan signifikan. Dari sudut pandang sosiologis, studi tentang evolusi agama memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang beberapa perubahan yang dihadapi masyarakat modern.
"Selain itu, agama penting sehubungan dengan perubahan populasi karena dapat mempengaruhi faktor demografi penting seperti pernikahan, perceraian, dan kesuburan," kata para analis itu seperti dilaporkan The Western Standard, dilansir di laman About Islam, Selasa (2/11).
Menurut survei tersebut, dari 1996 hingga 2019, angka-angka pada bagian berbagai kelompok agama dari total populasi menunjukkan bahwa populasi Muslim meningkat tiga kali lipat dari 1,1 persen menjadi 3,7 persen. Selain itu, proporsi orang Yahudi Kanada menurun dari 1,1 persen menjadi 1 persen.
Selanjutnya disebutkan, populasi Sikh berlipat ganda dari 0,7 persen menjadi 1,4 persen, dan populasi Hindu berlipat ganda dari 0,5 persen menjadi 1,7 persen. Adapun Katolik tetap menjadi kelompok agama terbesar di Kanada pada 32 persen dari populasi. Sedangkan anggota Anglikan dan Gereja Bersatu menyumbang 8 persen gabungan.
Sampai akhir 1985 hanya ada sedikit Muslim di Kanada, agama dikategorikan sebagai yang "lain" dalam survei federal. Populasi Muslim pascaperang sangat kecil sehingga lembaga pendahulu StatsCan, Dominion Bureau of Statistics, menghapus "Muslim" dari kuesioner Sensus 1944.
Baca juga : Muslimah AS Gugat Polisi Karena Paksa Lepas Jilbab
Sementara itu, survei yang diterbitkan pada 28 Oktober 2021 ini menemukan bahwa afiliasi keagamaan, kegiatan keagamaan, dan kepentingan yang diberikan kepada keyakinan agama telah menurun selama beberapa dekade.
Menyajikan tren utama dalam evolusi religiusitas di Kanada sejak 1985, survei tersebut menunjukkan bahwa 68 persen warga Kanada berusia 15 tahun ke atas dilaporkan memiliki afiliasi keagamaan pada 2019 dibandingkan dengan 90 persen pada 1985.
Survei itu menyebutkan, proporsi orang yang menghadiri kegiatan keagamaan kelompok setidaknya sekali sebulan hampir setengahnya, dari 43 persen pada tahun 1985 menjadi 23 persen pada 2019. Selain itu, 71 persen orang melaporkan pada 2003 bahwa keyakinan agama atau spiritual mereka agak atau sangat penting, dibandingkan dengan 54 persen pada 2019.
"Terakhir, proporsi orang yang melakukan kegiatan keagamaan atau spiritual sendiri setidaknya sekali sepekan juga menurun, dari 46 persen pada 2006 menjadi 30 persen pada 2019," kata survei itu.
Ada sekitar 1.053.945 Muslim di Kanada. Hal ini terbukti meningkat setiap sensus (10 tahun). Mayoritas Muslim di Kanada menganut Islam Sunni, dan sebagian kecil menganut Islam Syiah.
Menurut laporan itu, kelompok agama Kanada pada 2036 akan berjumlah 12,9 juta Katolik, 5,4 juta Protestan, 2,8 juta Muslim, 1,2 juta Hindu, dan 1,1 juta Sikh.
Meski populasi muslim meningkat, serangan Islamofobia di Kanada telah meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan. Banyak serangan yang ditujukan kepada perempuan Muslim. Selain itu, ujaran kebencian daring juga melonjak di Kanada.
Dewan Nasional Muslim Kanada (NCCM) melaporkan sejak serangan 9/11, Muslim yang tinggal di Kanada semakin menghadapi sentimen anti-Muslim.
“Sentimen anti-Muslim tidak hanya tumbuh tapi juga berkembang,” kata Koordinator Komunikasi NCCM, Fatema Abdalla, kepada Global News.
Tragedi 9/11 telah menyebabkan serangan mengerikan terhadap umat Islam. Pada 2017, seorang pria mendatangi sebuah masjid di Kota Quebec dan menembak mati enam jamaah serta melukai 19 lainnya.
Baru-baru ini di London, Ontario, seorang pria yang dimotivasi kebencian menabrak sebuah keluarga Muslim dengan truknya. Insiden tersebut menewaskan empat orang dan meninggalkan satu orang yang selamat, seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun.
“Serangan semacam itu, kebencian terhadap Muslim, telah menjadi ciri konstan kehidupan politik Kanada sejak 9/11,” ujar Profesor Universitas British Columbia, Sunera Thobani.
Berdasarkan data statistik Kanada, kebencian terhadap Muslim Kanada meningkat setelah serangan World Trade Center dan perlahan-lahan berkembang. Dilansir Daily Sabah, Sabtu (11/9), pada tahun 2004, serangan anti-Muslim berjumlah 99, naik menjadi 135 pada tahun 2009.
Jumlah tersebut terus naik dan melonjak. Dua tahun kemudian, pada tahun 2017, tahun di mana pembunuhan Masjid Kota Quebec terjadi, menjadi 349 serangan.
Baca juga : Berdzikir, Wajib atau Anjuran?
Lalu pemerintah Quebec melembagakan undang-undang yang melarang simbol agama dipakai oleh pegawai negeri, seperti guru, perawat dan polisi di tempat kerja. Kritikus mengatakan peraturan tersebut secara tidak adil menargetkan wanita Muslim yang mengenakan jilbab.
“Narasi yang berlaku dari semua sentimen ini adalah Muslim mencoba menyusup dan mengambil alih Barat dan melakukan genosida kulit putih atau setidaknya mengubah budaya,” kata Direktur Eksekutif Jaringan Anti Kebencian Kanada, Evan Balgord.
Didorong oleh serangan mengerikan di London, Ontario, pada bulan Juni lalu, sebuah pertemuan yang membahas tentang Islamofobia diadakan pada 22 Juli oleh Perdana Menteri Justin Trudeau. Pertemuan itu menawarkan kesempatan bagi komunitas Muslim untuk mengidentifikasi cara-cara konkret untuk memerangi Islamofobia di seluruh negeri.
Pada musim panas ini, Dewan Nasional Muslim Kanada (NCCM) merilis satu set 61 rekomendasi kebijakan untuk semua tingkat pemerintahan supaya mengambil tindakan terhadap Islamofobia. Kelompok advokasi nirlaba mengembangkan rekomendasi setelah mengadakan sesi konsultasi dengan staf masjid, kelompok masyarakat dan organisasi yang mewakili Muslim Kanada di seluruh negeri.
“Kenyataannya adalah kita tidak bisa terus menambahkan daftar hal-hal mengerikan yang telah terjadi. Untuk komunitas kami, ini tentang bertahan hidup,” ucap Kepala NCCM, Mustafa Farooq.