Denmark Yakin Indonesia Mampu Tanggulangi Sampah Laut

Denmark mulai fokus pada sampah sejak 1990 dan hasilnya dirasakan saat ini.

Antara/Basri Marzuki
Nelayan beraktivitas di dekat tumpukan sampah plastik yang mencemari muara sungai di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (2/4/2020). Pemerintah setempat kesulitan menangani sampah plastik yang mencemari muara sungai tersebut karena sebagian besarnya adalah bawaan dari air laut ketika pasang.
Red: Ilham Tirta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Lingkungan Hidup Denmark, Lea Wermelin, yakin Indonesia mampu menanggulangi polusi plastik dan sampah laut dengan menerapkan konsep ekonomi sirkular. Konsep ekonomi sirkular dinilai telah menjadi fokus di seluruh dunia.

"Saya yakin konsep ekonomi sirkular dapat diterapkan di Indonesia," ujarnya, dalam acara Paviliun Indonesia di Glasgow, Skotlandia, yang diikuti secara daring dari Jakarta, Selasa (2/11).

Konsep ini sangat bagus bagi alam dan lingkungan karena ekonomi sirkular dapat meminimalkan limbah. Pada sisi lain, peringkat Indonesia dalam hal produksi sampah plastik di dunia sudah berada di salah satu urutan puncak dunia dan hal ini sempat menjadi pokok bahasan di berbagai forum.

Plastik-plastik mikro kerap dijumpai pada ikan-ikan dan komoditas pangan. "Soal tantangan limbah plastik di lautan dan penanganan limbah, saya yakin kunci dari semua ini adalah transisi ekonomi menuju ekonomi sirkular," katanya.

Baca juga:

Ia menyampaikan, meskipun ada banyak perbedaan antara Denmark dan Indonesia, namun dua negara ini juga memiliki sejumlah kesamaan. "Kedua negara adalah negara yang terdiri dari pulau-pulau. Kehidupan kita bergantung pada lautan. Kita menyadari konsekuensi dari sampah yang terbuang di lautan akan berdampak pada negara, kesehatan masyarakat, serta ekonomi," kata dia.

Ia mengemukakan, pada 1990 Denmark membuat aturan terkait limbah konstruksi, situasi itu berdampak pada peningkatan kegiatan daur ulang sampah konstruksi. "Kini, 88 persen limbah konstruksi di Denmark didaur ulang. Hanya lima persen yang ditimbun," kata dia.

Dalam kesempatan sama, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mempresentasikan perkembangan Sungai Citarum yang sempat dijuluki sebagai sungai terkotor di dunia. Ia mengemukakan, saat ini perkembangan penanganan Sungai Citarum terus mengalami perbaikan dan sungai sudah mulai pulih.

Pada 2018, ia menyampaikan, aliran Sungai Citarum sangat kotor karena dicemari sampah, khususnya limbah plastik. "Kami mengorganisasikan seluruh pemangku kepentingan di Jawa Barat dalam tiga tahun, dan hasilnya kini kualitas airnya lebih baik. Ikan-ikan mulai sering terlihat lagi," kata dia.


 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler