Mengungkap Kedudukan dan Fungsi Istana Ottoman (3)
Sultan-sultan Ottoman di masa awal aktif membangun dan membenahi istana.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada tahun 1458, pembangunan ini selesai dikerjakan. Sejarawan yang hidup di masa itu, Tursun Bey, menginformasikan bahwa berada di dalam bujur sangkar yang dikelilingi dinding luar, dibangun harem kerajaan "yang halamannya tidak dapat ditembus sinar matahari... istana yang sangat indah dan paviliun untuk kenikmatannya, dan untuk kesenangan dan para pelayannya... dilindungi oleh para kasim yang alim dan dapat dipercaya".
Antara bangunan istana dan dinding luarnya, ia menciptakan lahan perburuan pribadi, “diisi binatang-binatang buas liar". Istana ini tidak lagi digunakan sebagai tempat tinggal utama sultan dan dijadikan sebagai tempat pemerintahannya. Ketika pekerjaan pembangunan telah selesai, Mehmed II segera memerintahkan pembangunan istana baru.
Ketika istana ini selesai, Istana lama menjadi tempat tinggal khusus wanita dari Harem kerajaan. Tempat di mana istana baru akan dibangun tampaknya telah memenuhi ambisi kerajaan Mehmed.
Gerbang luarnya mengarah ke Hagia Sophia-menurut pemikiran kerajaan Ottoman, sebuah simbol kedaulatan Romawi-dan bangunan itu didirikan di atas sebuah bukit yang menjorok ke laut, yang mengarahkan pemandangan dari Eropa hingga ke Asia, dan menyeberangi Bosphorus yang menghubungkan Laut Hitam ke Mediterania. Pekerjaan bangunan ini dilaksanakan pada masa 1460-an dan 1470-an, berdasarkan sebuah rencana dasar yang bertahan dari banyak penam bahan dan perubahan pada abad-abad berikutnya.
Sebuah dinding bagian luar membagi istana baru dan hala mannya yang luas dari kota, dengan dinding kota lama sepanjang Gading Emas dan Laut Marmara yang melindunginya dari sisi laut. Istana itu sendiri menduduki posisi paling tinggi di tanah berpagar ini.
Pintu masuknya melalui gerbang kerajaan, dekat bagian bundar dari Gereja Hagia Sophia dan mengarah ke hala man yang pertama. Setelah memasuki gerbang, pengunjung dapat melihat di sebelah kiri Gereja St Irene Byzantine, yang berfungsi sebagai gudang senjata untuk istana dan di sekeliling halaman adalah asrama-asrama para anggota baru, gudang-gudang penyimpanan dan area layanan dan area domestik lainnya.
Kita dapat bayangkan bahwa halaman luas ini adalah tempat beraktivitas dan penuh keramaian. Di bagian ujungnya, berlawanan dengan gerbang kerajaan adalah gerbang tengah, mempunyai celah untuk menyerang lawan dari luar dan bercabang dengan dua "menara Prancis".
Melalui gerbang ini adalah halaman kedua. Yang diizinkan untuk melalui gerbang ini hanya anggota-anggota pemerintahan dan pengadilan, dan masyarakat umum yang mengajukan petisi kepada dewan kerajaan milik sultan. Tidak seorang pun, selain sultan, dapat memasuki halaman bagian dalam ini dengan mengendarai kudanya, dan aturan ketat untuk menjaga kete nangan selalu harus dilaksanakan.
Para komentator dari abad ke 17 menandai penggunaan bahasa isyarat di dalam istana dan hal ini, tidak diragukan, digunakan sebagai komunikasi antar anggota dalam istana. Di bagian ujung sebelah kiri, para pengunjung dapat melihat ruang sidang dewan, di mana pada masa Sülaiman I (1520-66) diganti pada tahun 1520-an dengan bangunan yang lebih kokoh.
Di sinilah dewan kerajaan, bagian pusat dari pemerintahan sultan, mengadakan rapat-rapatnya. Di depannya terbentang gerbang kebahagiaan, yang membentuk celah ke kedua cabangnya. Di bagian kanan ada ruang dapur yang berukuran be sar, yang oleh arsitek Sinan (1588) direnovasi setelah mengalami kebakaran pada tahun 1574. Lalu, di belakang dinding sebelah kiri, ada kandang kerajaan. Struktur sederhana ini membentuk sebuah latar belakang untuk berbagai upacara yang dilaksanakan di istana ini.