Ribuan Dosis Vaksin Kedaluwarsa Saat Vaksinasi Perlu Dikebut

Pemerintah daerah diminta untuk tidak menunda-nunda proses vaksinasi.

Antara/Maulana Surya
Petugas kesehatan berjalan menuju rumah warga untuk melakukan vaksinasi COVID-19 di Sondakan, Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Kamis (4/11/2021). Jemput bola vaksinasi untuk warga tersebut sebagai upaya percepatan Vaksinasi COVID-19.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Fauziah Mursid

Habisnya masa berlaku atau kedaluwarsa vaksin Covid-19 terjadi di Jawa Tengah (Jateng). Bupati Kudus Hartopo contohnya, pekan ini mengakui ada vaksin AstraZeneca yang sudah memasuki masa kedaluwarsa sebanyak 4.000 dosis.

Alokasi vaksin yang diterima tersebut, kata dia, sebanyak 50.000 dosis dari Kementerian Kesehatan pada awal Oktober 2021. Akan tetapi, diterima oleh Pemkab Kudus baru tanggal 12 Oktober 2021 dan batas kedaluwarsanya hingga akhir Oktober 2021.

Dengan sisa waktu selama 13 hari, kata dia, pihaknya mengeklaim sudah mengoptimalkan proses didistribusi ke semua fasilitas kesehatan. Namun, karena sebelumnya beredar pemberitaan soal reaksi atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) setelah disuntik vaksin AstraZeneca tersebut, banyak warga yang memilih vaksin lain.

"Akhirnya, kami harus melakukan edukasi terlebih dahulu kepada masyarakat baru mau divaksin dengan AstraZeneca," ujar Hartopo, Rabu (3/11).

Menurut Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, kasus vaksin kedaluwarsa juga terjadi di Pekalongan. Pemprov Jateng pun mengambil langkah cepat dengan melakukan pendataan di semua kabupaten/kota untuk mencegah adanya vaksin yang kedaluwarsa.

"Kami harus melakukan pengecekan secepatnya, karena untuk sementara laporan yang masuk dari Pekalongan yang menyatakan 'lempar handuk' menyusul adanya beberapa vaksin yang kedaluwarsa," ujarnya ditemui usai mengunjungi Radio Suara Kudus, Rabu.

"Terkadang, sudah dibagi namun belum disuntikkan. Ada pula sudah disuntikkan tetapi belum tercatat," ujar Ganjar menambahkan.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta agar pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten maupun kota tidak menunda-nunda proses vaksinasi. Pernyataan ini disampaikan Wiku menyusul kasus kedaluwarsanya ribuan vaksin AstraZaneca di Kudus.

"Hendaknya hal ini menjadi pembelajaran bagi seluruh unsur dalam sistem kesehatan baik pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten/kota untuk tidak menunda proses vaksinasi," ujar Wiku dalam konferensi pers secara daring, Kamis (4/11).

Wiku mengingatkan, keberadaan vaksin ini sangat berharga di tengah upaya penanggulangan pandemi Covid-19 untuk melindungi masyarakat. Karena itu, ia menyayangkan vaksin-vaksin kadaluarsa sebelum dapat digunakan untuk masyarakat.

"Ingat bahwa akses terhadap vaksin tidak mudah untuk kita dapatkan. Sehingga harus sangat dihargai dan dipergunakan secara maksimal," ujar Wiku.

Wiku juga mengingatkan, capaian vaksinasi ini juga membutuhkan proaktif masyarakat. Karena itu, ia berharap masyarakat yang belum divaksin untuk mendatangi titik-titik vaksinasi.

"Karena vaksin ini sangat berharaga untuk melindungi masyarakat di daerahnya masing-masing. Selain itu, nasyarakat harus proaktif menyambangi titik vaksinasi.

Wiku mengungkapkan, stok vaksin hingga 1 November 2021 terdapat 40 juta dosis vaksin Covid-19 di daerah. Ia menyebut, 241 juta dosis vaksin diantaranya sudah didistribusikan ke seluruh daerah ke tanah air.

“Jumlah stok ini cukup untuk kebutuhan pelaksanaan vaksinasi dalam satu bulan ke depan karena laju vaksinasi di Indonesia saat ini mencapai 50 juta dosis dalam 5 minggu,” katanya.

Ahli epidemiologi lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Yudhi Wibowo mengatakan, percepatan program vaksinasi sangat diperlukan guna mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 seiring peningkatan mobilitas masyarakat.

"Terlebih lagi pada libur nasional Natal dan Tahun Baru di penghujung tahun ini dikhawatirkan mobilitas masyarakat akan makin meningkat," katanya di Purwokerto, Kamis.

Peningkatan mobilitas saat libur nasional Natal dan Tahun Baru tersebut, kata dia, perlu dibarengi dengan percepatan vaksinasi guna mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19. "Terutama vaksinasi pada kelompok lansia, ini harus jadi prioritas utama, karena merupakan kelompok paling rentan," katanya.

Dia berharap cakupan vaksinasi di Tanah Air akan terus meningkat secara signifikan hingga menjelang akhir tahun sesuai dengan target untuk mewujudkan kekebalan kelompok. Selain peningkatan cakupan vaksinasi, kata dia, praktik 3T, yaitu pemeriksaan (testing), pelacakan (tracing) dan pengobatan (treatment) juga perlu terus diintensifkan.

"Praktik 3T harus diintensifkan sambil terus menjalankan program vaksinasi Covid-19 sesuai target sasaran kelompok," katanya.

Booster vaksin Covid-19 - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler