Vaksin Merah Putih Uji Klinis Terakhir pada Februari 2022
Bibit vaksin Merah Putih akan segera melalui uji klinis tahap 1 kepada 100 orang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bibit Vaksin Merah Putih telah berhasil melalui uji praklinis tahap 1,2, dan 3. Selanjutnya, vaksin karya anak bangsa ini akan menjalani uji klinis tahap 1, 2 dan 3. Uji klinis tahap 3 alias terakhir akan dilakukan pada Februari 2022.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, mengatakan, pengembangan vaksin Merah Putih melibatkan berbagai institusi. Salah satu yang terlibat dalam pengembangan vaksin dengan platform inactivated virus ini adalah Universitas Airlangga.
Peneliti Universitas Airlangga, kata Budi, telah melaksanakan uji praklinis terhadap bibit vaksin ini kepada hewan. "Uji pra klinis tahap 1,2 dan 3 kepada hewan dengan hasil yang aman dan baik," ungkap Budi di kampus Universitas Airlangga, Surabaya, Selasa (9/11).
Oleh karenanya, bibit vaksin ini diserahkan ke pihak produsen untuk dilakukan pengujian selanjutnya. Rektor Univesitas Airlangga Muhammad Nasih menyerahkan bibit vaksin Merah Putih secara simbolis kepada Direktur PT Biotis, FX Sudirman di Aula Gedung Garuda Mukti, kampus Universitas Airlangga, Selasa (9/11).
Penyerahan bibit vaksin ini sekaligus menandai kerja sama antara keduanya. PT Biotis didapuk sebagai salah satu mitra untuk memproduksi vaksin Merah Putih.
Setelah diserahkan, lanjut Budi, bibit vaksin Merah Putih akan melalui uji klinis tahap 1 kepada 100 orang. Lalu, uji klinis tahap 2 pada Januari 2022 kepada 400 orang. Lantas, uji klinis tahap ketiga atau terakhir akan dilakukan pada Februari 2022 kepada sekitar 1000 orang.
“Ini kan sudah lulus uji pra klinis ke hewan, kalau bisa uji klinisnya mulai tahun ini, untuk mengukur keamanannya,” ucap Budi. Hanya saja, Budi tak menyebutkan perkiraan waktu vaksin ini mulai diproduksi massal.
Budi hanya menjelaskan bahwa vaksin Merah Putih merupakan vaksin yang dikembangkan oleh peneliti Indonesia guna memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 di Tanah Air. Budi juga berharap agar vaksin ini bisa digunakan sebagai vaksin booster dan vaskin bagi anak-anak usia 5-12 tahun.
“Karena saat ini baru ada satu vaksin yang bisa digunakan untuk anak usia 5-12 tahun. Padahal ada 30 juta anak-anak di Indonesia yang menjadi sasaran penerima vaksin Covid-19,” ungkap Budi, sebagaimana dikutip dari siaran persnya.
Budi menambahkan, keberhasilan Universitas Airlangga menemukan vaksin ini merupakan tonggak sejarah dalam perkembangan sistem kesehatan Indonesia. Pihaknya ingin momentum baik ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan sarana dan prasarana, terutama fasilitas dan kompetensi pengembangan vaksin.
“Saya berharap Indonesia bisa menguasai teknologi, bukan hanya berbasis dari teknologi virus bukan hanya berbasis teknologi protein rekombinan maupun asam nukleat,” kata Menkes.
Budi pun merasa bangga atas capaian para peneliti Universitas Airlangga. “Saya ucapkan rasa bangga yang sangat tinggi kepada rekan-rekan di Universitas Airlangga yang telah mampu menghasilkan seed vaksin dalam negeri,” katanya.