Balita Italia Alami Sesak Napas Seusai Konsumsi Madu Mentah
Orang yang menderita hay fever perlu mewaspadai risiko alergi terhadap madu.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seorang anak laki-laki di Italia yang alergi terhadap serbuk sari dilarikan ke rumah sakit karena mengalami sesak napas setelah mengonsumsi madu. Dokter melaporkan bahwa balita itu menderita reaksi alergi parah terhadap madu yang bisa mengakhiri hidupnya.
Dalam laporan di Journal of Medical Case Reports, dokter menjelaskan bahwa anak yang tidak disebutkan namanya itu sampai kesulitan bernapas setelah makan salmon dengan madu. Setelah dilarikan ke instalasi gawat darurat, anak itu didiagnosis menderita anafilaksis, reaksi alergi paling parah yang memburuk dengan cepat.
Hasil tes menunjukkan bahwa bocah berusia lima tahun itu tidak alergi terhadap salmon dan madu komersial. Akan tetapi, ia alergi terhadap madu artisan yang digunakan dalam hidangan.
Madu artisan adalah jenis madu mentah yang tidak melalui proses penyaringan dan pasteurisasi demi mempertahankan khasiat kesehatannya. Jenis madu ini biasanya dijual di pasar petani lokal, toko makanan alami, atau kadang-kadang di supermarket.
Madu mentah mengandung nektar bunga, serbuk sari tanaman yang dikumpulkan dari lebah dan protein lebah, seperti royal jelly yang mungkin jadi pemicu reaksi alergi. Namun, seperti yang dijelaskan oleh para dokter dalam laporan tersebut, madu komersial melewati proses yang menghilangkan sebagian besar serbuk sari.
Anak laki-laki yang diketahui mengalami hay fever sejak usia empat tahun itu dinyatakan positif alergi terhadap ragweed dan mugwort yang merupakan tanaman tempat lebah mengumpulkan serbuk sari. Ini diketahui menyebabkan reaksi alergi yang serius, termasuk gatal, kemerahan, sesak napas, gatal-gatal, bengkak, dan anafilaksis.
"Setelah didiagnosis anafilaksis yang dipicu oleh madu, bocah itu diberi tahu untuk menghindari nektar manis dalam jenis apapun," kata dokter dalam laporannya, seperti dilansir dari The Sun, Rabu (10/11).
Para dokter mengatakan bahwa mereka sedang menulis laporan kasus medis pertama mengenai anafilaksis yang dialami seorang anak di bawah usia enam tahun akibat konsumsi madu. Mereka memperingatkan dokter lain untuk mewaspadai kasus potensial, terutama pada mereka yang menderita hay fever alias rhinitis alergi.
Hay fever adalah reaksi alergi terhadap serbuk sari,yang dapat dilepaskan dari sejumlah sumber alami, termasuk pohon atau rumput. Saat ini, tidak ada obat untuk kondisi tersebut, tetapi banyak orang bisa meringankannya atau mengendalikan gejalanya dengan pengobatan.
Dr Joanna Lukawska, seorang spesialis alergi di University College Hospital London, Inggris mengatakan bahwa dia pernah menangani pasien yang memiliki reaksi alergi yang serupa. Pasien juga ada yang pernah mengonsumsi bee pollen sebagai suplemen.
“Kebanyakan orang tidak akan kesulitan menoleransi bee polen, namun pasien dengan hay fever dapat mengembangkan gejala alergi seperti pembengkakan tenggorokan, mulut gatal, atau bahkan anafilaksis," kata dia.