Rekor Dunia: Bayi Paling Prematur yang Bertahan Hidup

Bayi di Amerika Serikat yang lahir prematur itu kini telah berusia 16 bulan.

University of Alabama
Curtis, pemegang rekor dunia bayi paling prematur yang bertahan hidup, dipangku ibunya Michelle Butler. Curtis kini berusia 16 bulan.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang balita dari Alabama, Amerika Serikat, telah dinobatkan sebagai bayi paling prematur di dunia yang bisa bertahan hidup. Anak laki-laki bernama Curtis Means itu terlahir dengan bobot kurang dari 500 gram saat ibunya baru hamil 21 minggu.

Normalnya, kehamilan berlangsung selama 40 minggu. Bayi akan disebut berat badan lahir rendah jika terlahir dengan bobot kurang dari 2,5 kg.

Baca Juga



Guinness World Records dan UAB Hospital mengumumkan bahwa Curtis yang beratnya hanya 420 gram saat lahir, membuat rekor baru. Lahir prematur pada 5 Juli 2020 dengan saudara kembarnya yang tidak terselamatkan, Curtis kini sehat dan berusia 16 bulan.

Curtis lahir dengan berat kurang dari 500 gram saat kehamilan ibunya baru 21 minggu. Bayi yang lahir sebelum 22 minggu dianggap tidak mungkin bertahan hidup karena parunya belum cukup berkembang - (University of Alabama)

Dr Brian Sims selaku dokter yang merawat Curtis mengungkap bahwa secara statistik, harapan hidup baby Curtis sangatlah rendah, bahkan hampir tidak ada. Namun, Curtis mengalahkan kemungkinan tersebut.

"Dalam situasi kelahiran prematur, kami biasanya menyarankan untuk merawatnya dengan penuh kasih. Orang tua harus banyak memiliki quality time bersama buah hati," kata Sims dalam sebuah pernyataan dari University of Alabama di Birmingham, seperti dilansir NBC, Kamis (11/11).

Menurut keterangan sang ibu, Michelle Butler, Curtis juga tumbuh menjadi bayi yang lebih kuat dan dipulangkan setelah 275 hari dirawat rumah sakit. Meski begitu, buah hatinya membutuhkan bantuan dari terapis untuk mulai menggunakan mulut dan makannya.

"Akhirnya saya bisa membawa Curtis pulang. Perkembangannya mengejutkan kami semua, ini adalah momen yang akan selalu saya kenang," kata perempuan yang tinggal di pedesaan Eutaw, Alabama itu.

Butler melahirkan anak kembarnya, Curtis dan C’Asya, di Rumah Sakit UAB, pada usia kehamilan 21 minggu. Hanya saja, C'Asya meninggal sehari kemudian, tetapi Curtis bisa lepas dari ventilator setelah tiga bulan. Setelah menjalani perawatan intensif berbulan-bulan, Curtis pulang ke rumah pada bulan April.

"Kami tidak tahu apa yang akan terjadi kepada Curtis, karena tidak ada orang lain seperti dia. Dia mulai menulis ceritanya sendiri pada hari ketika dia dilahirkan. Kisah itu akan dibaca dan dipelajari oleh banyak orang dan, mudah-mudahan akan membantu meningkatkan perawatan bayi prematur di seluruh dunia," harap dr Sims.

Guinness mengatakan, Curtis mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang Richard Hutchinson dari Wisconsin. Hutchinson lahir pada usia kehamilan 21 minggu, namun hanya bertahan satu bulan.

Menyelamatkan bayi prematur

Nyawa bayi yang lahir pada usia 22 minggu kini kemungkinan bisa diselamatkan. Kabar baik itu merupakan rekomendasi terbaru dalam praktik perawatan neonatal yang terbit pada 2019.

Selama ini, hanya bayi yang lahir pada usia 23 minggu atau lebih yang diberikan perawatan untuk menyelamatkan hidup mereka. Kini ada bukti bahwa mereka yang lahir lebih awal dapat bertahan hidup, meskipun hanya dalam jumlah kecil, menurut Asosiasi Perinatal Medicine Inggris (BAPM).

Sebagian besar bayi prematur akan meninggal, tetapi sepertiga dapat bertahan hidup dan bisa menjalani pengobatan. Prof Dominic Wilkinson, seorang konsultan neonatologi yang membantu menyusun pedoman, mengatakan bahwa sejak pedoman sebelumnya diterbitkan, kemajuan dalam perawatan berarti para dokter berusaha menyelamatkan hidup beberapa bayi yang lahir pada usia 22 minggu.

Wilkinson mengatakan, bukti dari kasus-kasus itu telah meyakinkan BAPM untuk memperbarui pedomannya. Dia mengatakan, ini merupakan berita fantastis bahwa beberapa bayi yang lahir pada tahap awal sekarang dapat selamat.

"Risiko yang sangat tinggi berarti tidak selalu tepat untuk melakukan perawatan medis intensif," ujarnya, dikutip BBC.


Selama bertahun-tahun, dokter dan tim kesehatan semakin mampu merawat ibu dan bayi. Steroid diberikan sebelum kelahiran untuk membantu meningkatkan fungsi paru janin.

Teknik ventilasi dan pencegahan infeksi pada bayi yang sangat prematur juga meningkat. Jumlah bayi yang sangat prematur yang dilahirkan di rumah sakit spesialis juga meningkat. Satu dekade lalu, hanya lebih dari setengahnya. Sekarang hampir 80 persen.

Bayi yang lahir sebelum 22 minggu dianggap tidak mungkin bertahan hidup karena parunya belum cukup berkembang. Pedoman itu mengatakan keputusan tentang apakah menawarkan perawatan yang bisa menyelamatkan nyawa tergantung pada keadaan bayi masing-masing.

Keputusan harus diambil oleh dokter spesialis saat memberikan konsultasi kepada orang tua bayi prematur.  Tetapi dikatakan bahwa perawatan intensif tidak akan sesuai untuk banyak bayi.

Tingkat harapan hidup
Data dari 2016 menunjukkan, ada 486 kelahiran pada usia 22 minggu. Sementara itu, lebih dari 300 kasus, bayi tidak selamat dari persalinan.

Sebanyak 140 bayi tidak dalam kondisi yang dianggap mungkin untuk melakukan upaya penyelamatan. Alhasil, mereka hanya akan diberikan perawatan paliatif untuk meringankan penderitaannya. Tetapi ketika bayi mendapat perawatan selain paliatif, lebih dari sepertiga di antaranya selamat.

Begitu bayi mencapai lebih dari 22 minggu, peluang untuk bertahan hidup meningkat dari minggu ke minggu. Jumlah yang sama lahir pada 23 minggu dan dalam sekitar setengah dari kasus pengobatan penyelamatan dicoba.

Pada 2016, 38 persen selamat, dua kali lipat dari angka 10 tahun sebelumnya. Setelah bayi mencapai 26 minggu, pengobatan dilanjutkan pada sebagian besar kasus dan 82 persen bertahan hidup. Tetapi meskipun ada peningkatan kelangsungan hidup, sejumlah besar bayi ini akan memiliki cacat parah.

Pada 22 minggu, sepertiga dari mereka yang bertahan hidup mengalami cacat. Sementara pada 26 minggu rasionya adalah satu dari 10.

Prof Andrew Whitelaw, seorang ahli kedokteran neonatal di Universitas Bristol, mengatakan bahwa pedoman itu sangat berguna. Dia mengatakan, penting untuk tidak terlalu memikirkan jumlah minggu dan sebaliknya kondisi bayi saat lahir dan sikap yang berbeda pada apa yang dianggap "cacat yang tidak dapat diterima" adalah faktor penting.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler