Kuwait akan Batasi Visa Warga Lebanon
Menteri Informasi Lebanon mengkritik intervensi militer Arab dalam konflik Yaman.
REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT CITY -- Menurut sumber keamanan di Emirat, Kuwait akan membatasi jumlah visa yang dikeluarkannya untuk warga negara Lebanon. Batasan ini sebagai dampak pertikaian diplomatik antara Beirut dan negara-negara Teluk.
"Keputusan lisan telah diambil untuk lebih ketat dalam memberikan visa turis dan bisnis kepada warga Lebanon," kata sumber itu yang meminta tidak disebutkan namanya.
Dilansir dari Al Arabiya, Kamis (11/11) sumber itu menekankan tidak ada keputusan resmi yang dibuat dan visa untuk pengunjung dari Lebanon belum ditangguhkan. Seperti halnya Arab Saudi, Kuwait juga telah menarik duta besarnya dari Beirut setelah menteri informasi Lebanon mengkritik intervensi militer pimpinan Arab dalam konflik Yaman, yang memicu pertikaian dengan negara-negara Teluk.
Kuwait, rumah bagi sekitar 50 ribu warga Lebanon, juga telah meminta kuasa usaha Beirut, diplomat berpangkat tertinggi di emirat, untuk meninggalkan negara itu. Duta besar Lebanon untuk Arab Saudi dan Bahrain pada Rabu kemarin bertemu Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati di Beirut untuk membahas dampak krisis pada komunitas ekspatriat negara itu.
"Mereka menyatakan ketakutan akan dampak yang memburuk pada hubungan bilateral antara Lebanon dan negara-negara Teluk dan kepentingan warga Lebanon yang tinggal di negara-negara ini," menurut sebuah pernyataan dari kantor perdana menteri.
Menurut lembaga Pasar Tenaga Kerja Teluk dan Migrasi, lebih dari 300 ribu orang Libanon tinggal di negara-negara Teluk Arab yang menyediakan jalur kehidupan utama bagi ekonomi Libanon yang goyah. Perselisihan diplomatik terbaru telah berubah menjadi pertikaian atas gerakan Syiah Lebanon, Hizbullah, yang didukung oleh Iran, saingan regional dari kekuatan Sunni Arab Saudi.
Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan dominasi Hizbullah atas politik Lebanon membuat berurusan dengan Libanon tidak ada gunanya bagi kerajaan. Kuwait, yang memiliki komunitas Syiah yang cukup besar, saat ini menahan 16 warganya sendiri yang dicurigai membantu membiayai Hizbullah.
Pada 2015, Kuwait mengatakan telah membongkar sel yang dituduh berkolusi dengan Iran dan Hizbullah. Arab Saudi juga mengumumkan larangan impor Lebanon. Kerajaan itu adalah pasar ekspor terbesar ketiga Lebanon, menyumbang enam persen dari ekspor negara itu pada 2020, senilai sekitar 217 juta dolar AS, menurut kamar dagang Lebanon.