Parasetamol dan Ibuprofen, Bolehkah Digunakan Bersamaan?
Parasetamol dan ibuprofen memiliki perbedaan mendasar.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Obat analgesik seperti parasetamol dan ibuprofen dapat membantu meredakan beragam nyeri. Meski sebagian orang dapat mengonsumsi parasetamol dan ibuprofen bersamaan, bagi sebagian lainnya hal tersebut bisa berbahaya.
Parasetamol dan ibuprofen pada dasarnya bisa dikonsumsi setiap empat jam untuk meredakan nyeri dan mengontrol demam. Meski sama-sama bisa meredakan nyeri, parasetamol dan ibuprofen memiliki perbedaan mendasar.
Ibuprofen memiliki efek antiinflamasi sedangkan parasetamol tidak. Karena lebih efektif dalam meredakan inflamasi, ibuprofen termasuk ke dalam golongan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).
Perbedaan lainnya, ibuprofein tak boleh dikonsumsi dalam kondisi perut kosong. Alasannya, ibuprofen bisa mengiritasi lapisan perut dan menyebabkan tukak atau perdarahan di lambung.
Ibuprofen juga paling efektif dikonsumsi bersamaan atau sesaat setelah makan. Akan tetapi, parasetamol tidak harus dikonsumsi setelah makan dan umumnya aman bila dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan lain.
National Health Service (NHS) Inggris mengungkapkan bahwa parasetamol dan ibuprofen aman untuk digunakan secara bersamaan untuk orang 16 tahun ke atas. Kedua obat ini bisa diminum sekaligus dalam satu waktu atau diminum secara terpisah dengan jeda waktu, misalnya dua jam.
Akan tetapi, NHS juga meminta masyarakat untuk berpikir terlebih dahulu mengenai apakah mereka benar-benar perlu mengonsumsi kedua obat tersebut. Selain itu, NHS menyarankan masyarakat untuk segera ke dokter bila setelah tiga hari mengonsumsi ibuprofen atau parasetamol tak mengalami perbaikan kondisi.
Ibuprofen dan parasetamol tidak boleh dikonsumsi secara bersamaan oleh anak. Pada kelompok anak, lebih baik gunakan salah satu obat saja terlebih dahulu. Bila tampak tak ada perubahan, obat lainnya boleh dikonsumsi pada dosis berikutnya.
Ada beberapa hal penting yang juga perlu diperhatikan bila mengonsumsi parasetamol atau ibuprofen. Berikut ini pertimbangannya, seperti dilansir The Sun, Selasa (16/11).
Kelompok yang tak boleh gunakan ibuprofen
Sebagian orang tidak disarankan untuk mengonsumsi ibuprofen. Beberapa di antaranya adalah orang yang memiliki reaksi alergi terhadap ibuprofen atau obat lain, memiliki gejala alergi setelah mengunakan aspirin atau NSAID lain, sedang berencana hamil atau sedang hamil, atau orang yang memiliki tekanan darah tinggi tak terkontrol.
Di samping itu, ada beberapa kondisi yang juga perlu diberitahukan kepada dokter sebelum mengonsumsi ibuprofen. Misalnya, memiliki perdarahan atau tukak lambung, memiliki masalah kesehatan yang meningkatkan risiko perdarahan, serta memiliki masalah hati, penyakit jantung, gagal jantung berat, atau gagal ginjal.
Penderita penyakit Crohn, kolitis ulseratif, dan cacar air juga perlu memberi tahu kondisi mereka sebelum mengonsumsi ibuprofen. Konsumsi ibuprofen bisa meningkatkan kemungkinan infeksi tertentu dan reaksi kulit.
Kelompok lain yang juga perlu mewaspadai penggunaan ibuprofen adalah lansia berusia di atas 65 tahun. Mereka akan lebih berisiko mengalami tukak lambung bila mengonsumsi ibuprofen.
Masalah kesuburan
Pada 2018, sebuah studi yang dilakukan peneliti Edinburgh University menyoroti dampak dari parasetamol dan ibuprofen yang dikonsumsi selama kehamilan. Studi ini mengungkapkan bahwa hal tersebut dapat memengaruhi kesuburan generasi berikutnya dengan cara mengurangi jumlah sel yang nantinya akan menjadi sel-sel pemroduksi sperma atau sel telur.
Dampak bila berlebihan
Konsumsi terlalu banyak parasetamol atau ibuprofen bisa berbahaya. Oleh karena itu, jangan pernah melipatgandakan dosis obat meski merasakan nyeri yang hebat.
Bila teranjur mengonsumsi parasetamol atau ibuprofen terlalu banyak, segera hubungi dokter atau minta seseorang mengantar ke instalasi gawat darurat. Jangan menyetir sendiri ke rumah sakit saat mengalami overdosis parasetamol atau ibuprofen.
Jangka Waktu
Penggunaan obat ibuprofen sebaiknya dilakukan dengan dosis serendah mungkin dan dalam waktu sesingkat mungkin. Sedangkan parasetamol tidak boleh dikonsumsi lebih dari delapan tablet dalam kurun waktu 24 jam.
Untuk nyeri jangka pendek, seperti sakit gigi atau sakit menstruasi, penggunaan obat pereda nyeri cukup digunakan sekitar satu atau dua hari saja. Bila gejala sakit tak membaik setelah tiga hari, periksakan diri ke dokter.
Jangan pernah mengonsumsi obat pereda nyeri selama lebih dari 10 hari berturut-turut. Ibuprofen dalam bentuk gel, mousse, atau semprot juga tak boleh digunakan lebih dari dua pekan berturut-turut.
Akan tetapi, ada kalanya ibuprofen perlu dikonsumsi dalam jangka panjang, misalnya oleh pasien rheumatoid arthritis. Pasien yang harus mengonsumsi ibuprofen lebih dari enam bulan biasanya akan diberikan obat tambahan untuk melindungi lambung dari efek samping.