5 Faktor Kegagalan Portugal Lolos Langsung ke Piala Dunia
portugal dikalahkan Serbia 1-2 pada laga terakhir kualifikasi Grup A Piala Dunia 2022
REPUBLIKA.CO.ID, LISABON -- Portugal gagal memastikan berlaga di Piala Dunia 2022 lebih cepat. Cristiano Ronaldo gagal memuncaki Grup A dan mesti melakoni laga play-off dua babak untuk meraih tiket ke Qatar, pengujung tahun depan. Penyebabnya, Portugal takluk 1-2 saat menjamu Serbia di Estadio da Luz, Lisabon, Senin (15/11) dini hari WIB. Padahal Selecao das Quina hanya butuh hasil minimal seri saat menjamu Serbia di Lisbon.
Portugal tampaknya akan tersenyum saat peluit tanda laga berakhir terdengar. Sebab Renato Sanches menjebol gawang Serbia saat laga belum genap dua menit. Namun, keunggulan lepas setelah Dusan Tadic mencetak gol pada menit ke-33. Portugal yang bersiap merayakan keberhasilan akhirnya harus tertunduk. Aleksandar Mitrovic mencetak gol pada menit ke-90 untuk memastikan Serbia menjuarai Grup A dan lolos ke Qatar.
Ada sejumlah catatan dari kegagalan Portugal ini. Berikut beberapa di antaranya, dikutip Marca.
Kegagalan Fernando Santos
Pelatih Portugal Fernando Santos mempersembahkan dua tropi berserajah untuk Portugal yaitu Piala Eropa 2016 dan UEFA Nations League 2019. Namun ia menerima banyak kritik atas performa tim baru-baru ini baik di Piala Eropa terakhir maupun di kualifikasi.
Portugal masih saja bermain defensif dan sulit mencetak gol. Padahal mereka punya penyerang subur dalam diri Ronaldo. Pada Euro 2020 lalu, Portugal takluk di babak 16 besar oleh Belgia. Gol Thorgan Hazard menghentikan langkah Ronaldo dkk.
Kekalahan dari Serbia itu membuat Santos memikul tanggung jawab besar meloloskan Portugal ke Piala Dunia. Sebagai salah satu unggulan, Portugal kemungkinan akan menghindari Italia atau tim tangguh lainnya yang berpotensi menjegal mereka. Namun tetap saja tim-tim yang lolos tak bisa dianggap remeh. Dari 12 tim yang lolos ke play-off, hanya tiga yang berhak lolos ke Qatar. Bisa dibayangkan, tekanan yang dihadapi Portugal.
Santos diminta meninggalkan gaya sepakbola pragmatis yang tetap dipertahankannya setelah memenangkan Piala Eropa 2016. Padahal Portugal memiliki pemaim bertalenta, tapi ia gagal memaksimalkannya.
Ronaldo tak konsisten
Ronaldo dinilai tak konsisten karena tak memiliki partner di depan. Meskipun Ronaldo mencetak gol saat melawan Irlandia dan Luksemburg, Ronaldo gagal mencetak gol dalam dua laga penting menghadapi Irlandia dan Serbia. Meskipun ada Diogo Jota, ia tetapi belum bisa menjadi partner ideal untuk CR7.
Persoalan sama juga tampaknya dihadapi Ronaldo di level klub. Dalam laga-laga penting melawan tim tangguh, Ronaldo terkadang kesulitan menunjukkan ketajamannya. Ini membuat Manchester United juga bermasalah di Liga Primer Inggris.
Bruno Fernandes suram bersama timnas
Meski dia diharapkan menonjol di Piala Eropa 2020 dan kualifikasi Piala Dunia, Fernandes gagal memenuhi ekspektasi. Performanya tak seperti di Manchester United yang menonjol. Santos pun sering menjadikan Fernandes sebagai pemain cadangan.
Saat melawan Serbia, Fernandes hanya bermain 26 menit. Namun hampir tak ada kontribusi dari Fernandes. Ia hanya bermain 90 menit penuh dalam dua dari 11 pertandingan resmi bersama Portugal pada 2021.
Berbeda ketika di MU, ia mencetak 44 gol dalam 96 pertandingan dalam 21 bulan pertamanya di Old Trafford. Tidak jelas apakah ini kesalahan sang gelandang atau ketidakmampuan Santos meramu strategi dan formasi yang pas untuk memaksimalkan Fernandes.
Pertahanan Rapuh
Meskipun Ruben Dias menjadi salah satu bek tengah paling berbakat di sepak bola Eropa, tapi Portugal tak memiliki bek tengah lain yang menjanjikan. Portugal masih mengandalkan dua bek tua yaitu Pepe (38) dan Jose Fonte (37) sehingga kecepatan bek tengah dalam memotong serangan lawan tak maksimal. Mereka kerap kedodoran menghadapi lawan yang lebih muda dan gesit.
Pemain bertalenta tak diberi kesempatan
Portugal sebenarnya bukan cuma Cristiano Ronaldo, Digo Jota, atau Bruno Fernandes. Ada Goncalo Guedes, Pote, Andre Silva, dan Joao Felix yang tampil menjanjikan bersama tim mereka masing-masing. Sayangnya, mereka hampir tak diberi kesempatan membuktikan bakatnya di Portugal. Termasuk ketika melawan Serbia. Joao Felix misalnya hanya dimasukkan pada pengujung babak kedua.