Waspada, JI Kini Jihad Lewat Politik

Dulu JI menitikberatkan jihad lewat bidang kemiliteran untuk merebut kekuasaan.

Republika/Prayogi
Ansyaad Mbai
Rep: Nawir Arsyad Akbar Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengatakan, menyusupnya Jamaah Islamiyah (JI) ke dalam Majelis Ulama Indonesia merupakan tanda bahwa organisasi tersebut tak sama sekali mengubah strategi untuk mencapai tujuannya. Justru sebaliknya, mereka mengembangkan strateginya.

Baca Juga


JI dulu, kata Ansyaad, menitikberatkan jihad lewat bidang kemiliteran untuk merebut kekuasaan. Sedangkan, sejak 2013 hingga sekarang, mereka melakukan reformasi dengan melakukan jihad lewat bidang politik.

"Mereka membentuk partai politik, lihat aja dia (Farid Ahmad Okbah) menjadi ketua PDRI (Partai Dakwah Rakyat Indonesia) dan ini strategi mereka justru menghidupkan partai-partai untuk mengonsolidasikan," ujar Ansyaad dalam sebuah diskusi daring, Ahad (21/11).

Strategi berikutnya adalah JI menyusup ke lembaga negara yang strategis. Baru terungkap bahwa salah satu dari tiga orang yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri adalah bagian dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). "Jadi, tidak usah diartikan bahwa Densus Polri menyasar MUI. Nah, ini perlu kita waspadai karena ini sedang gencar seakan-akan ada upaya membenturkan pemerintah dan ulama," ujar Ansyaad.

Ia melihat, paham radikalisme dan terorisme sudah menyusup ke banyak lembaga negara. Sebab banyak dari lembaga tersebut tak menaruh curiga terhadap pembicaraan mengenai agama yang disampaikan oleh kader JI.

"Ini masalah keagamaan. Orang kalau bicara agama, siapa orang mau curiga? Cuma banyak yang akhirnya kurang menyadari bahwa ternyata ini sudah menyimpang, menyeleweng," ujar Ansyaad.

 

 

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Humas Mabes Polri Komisaris Besar (Kombes) Ahmad Ramadhan menegaskan, penindakan Densus 88 terkait dugaan terorisme tak mengarahkan proses penyidikan ke institusi atau partai politik (parpol) tertentu. Hal itu menyusul tertangkapnya tiga terduga anggota terorisme Ahmad Zain an-Najah (AZA), Anung al-Hamad (AA), dan Farid Ahmad Okbah (FAO) di Bekasi, Jawa Barat (Jabar), beberapa hari lalu.

Penangkapan yang dilakukan Densus 88 terhadap FAO tak terkait dengan aktivitasnya sebagai pemimpin maupun pengusung parpol di Indonesia. Begitu juga terkait penangkapan AZA, yang diketahui sebagai anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ramadhan mengatakan, penangkapan ketiganya murni karena aktivitas individu yang diduga terlibat dalam jejaring terorisme JI.

“Kami sampaikan, Densus 88 dan penyidik Densus 88 tidak fokus mengarah pada partai politik (PDRI), tidak fokus pada masalah kepada organisasi, atau institusi tertentu (MUI). Namun, Densus 88 hanya fokus pada keterlibatan para tersangka dalam melakukan tindak pidana,” ujar Kombes Ramadhan di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (19/11). Tindak pidana yang dimaksud, kata Ramadhan, tentu saja terkait dengan dugaan terorisme. “Agar dipahami ini ya,” kata Ramadhan.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler