Wisata Pulo Geulis Dikemas Jadi Kampung Etnik
Keberhasilan dari wisata Kampung Etnik Pulo Geulis bergantung pada warganya.
REPUBLIKA.CO.ID, Pulo Geulis atau dalam bahasa Indonesia berarti Pulau Cantik, merupakan sebuah kampung menyerupai pulau yang persis berada di tengah-tengah Kali Ciliwung, Kota Bogor. Kampung ini merupakan bagian dari Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
Memiliki luas sekitar 3,5 hektare, Kampung Pulo Geulis dihuni sebanyak 2.684 warga dari 773 kepala keluarga (KK). Kampung ini terbilang cukup padat penduduknya, lantaran dalam satu rumah bisa dihuni dua hingga tiga KK.
Penduduk Kampung Pulo Geulis didominasi suku Sunda dan Tionghoa. Tak heran, di kampung ini terdapat kelenteng atau vihara tertua di Kota Bogor, yakni Klenteng Pan Kho Bio atau yang saat ini dikenal sebagai Vihara Maha Brahma yang ditemukan sejak 1703. Bersamaan dengan patung Dewa Pan Kho yang saat ini masih ada di dalamnya.
Pada 2011, Vihara Maha Brahma resmi dijadikan cagar budaya. Saat ini, vihara berusia tiga abad ini menjadi ikon dari Kampung Wisata Pulo Geulis, yang sedang dikembangkan menjadi kampung etnik. Sebelumnya, Pulo Geulis sudah disebut sebagai kampung tematik sejak 2018, hanya saja pengembangannya sebagai destinasi wisata terhambat pandemi Covid-19.
Kepala Seksie Ekonomi dan Pembangunan Kelurahan Babakan Pasar, R. Giri Maya Yudistira, menjelaskan pengembangan Kampung Etnik Pulo Geulis dimulai pada Maret 2021. Pengembangan destinasi wisata ini dimulai dari pengembangan perekonomian warga, utamanya pada para pelaku Usaha Kecil Menengah dan Mikro (UMKM) pangan.
“Konsep yang saya sampaikan itu, terkait masalah keberagaman budaya seperti makanan tradisional, musik, permainan, itu saya cenderung ke arah sana,” ujar pria yang sempat bekerja di Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bogor itu kepada Republika beberapa waktu lalu.
Yudistira menjelaskan, setidaknya ada 23 pelaku UMKM pangan yang mendapat pelatihan dari Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) terkait pelatihan dasar akuntansi. Serta pembinaan dari Hotel 1O1 Kota Bogor terkait standarisasi rasa dan higienis produk.
Tidak hanya dari UMKM, pengembangan juga akan dilakukan pada perbaikan infrastruktur tahun depan. Mulai dari jalanan, drainase, juga tembok-tembok berisi mural yang saat ini tampak terbengkalai.
Sebuah lapangan yang berada di tengah kampung, rencananya juga akan diubah menjadi plataran untuk pertunjukan. Lengkap dengan tribun untuk tempat penonton menyaksikan pertunjukkan barongsai, sepak bola api, serta drama musikal tentang sejarah.
“Untuk ticketing rencananya kerjasama dengan pihak hotel. Nanti bagaimana caranya tamu hotel di saat waktu senggang, diarahkan ke program event ini. Misal sore menyaksikan barongsai, petang menyaksikan sepak bola api, atau drama musikal. Itu konsep yang kita buat,” kata Yudistira.
Staf Khusus Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bogor di Bidang Ekonomi Kreatif, Insa Boya, mengatakan, destinasi wisata ini dikembangkan secara mandiri. Di samping itu, keberhasilan dari Kampung Etnik Pulo Geulis bergantung pada warga-warganya.
“Semua kekuatan yang ada di Pulo Geulis itu diangkat dan kesepakatan warga dulu sebelum melanjuti melangkah ke kampung destinasi wisata. Warga di sini semua sepakat kampung mau berubah jadi kampung destinasi wisata,” ujar Insa.
Demi keberhasilan pengembangan destinasi wisata ini, wakil Penasihat Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompempar) Kampung Pulo Geulis, Jalaludin, meminta agar para kader muda-mudinya di setiap RT dan RW mensosialisasikan pengembangan Kampung Pulo Geulis. Termasuk, kata dia, rencana pembuatan homestay yang akan memanfaatkan beberapa rumah bangunan lama di kampung tersebut.
“Antusias warga sangat baik. Warga sangat welcome, asal pengembangan ini tidak merugikan warga,” ujar Jalal.