Di China, Mengkritik Pemerintah Siap-Siap Hilang Mendadak

Menghilangnya sosok terkenal di China dari penampilan publik bukan pertama terjadi

EPA-EFE/GUILLAUME HORCAJUELO
Petenis China Peng Shuai dan bos Alibaba Jack Ma adalah beberapa sosok yang tiba-tiba hilang usai mengkritik pejabat atau pemerintah di China. Ilustrasi.
Rep: Dwina Agustin Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Petenis China Peng Shuai menghilang sejak dia menuduh mantan wakil perdana menteri melakukan kekerasan seksual. Menghilangnya seseorang yang terkenal di China dari penampilan publik bukan kali pertama.

Peng membuat tuduhan terhadap Zhang Gaoli, mantan wakil perdana menteri China berusia 75 tahun, di situs microblogging Weibo awal bulan ini. "Saya tahu bahwa seseorang dari Anda yang mulia, wakil perdana menteri Zhang Gaoli, Anda akan mengatakan Anda tidak takut," tulis Peng. Ia mengklaim pertama kali pelecehan terjadi saat Gaoli memaksa mengunjungi rumahnya untuk bermain tenis.

"Sore itu saya tidak memberikan persetujuan saya dan tidak bisa berhenti menangis. Anda membawa saya ke rumah Anda dan memaksa saya dan Anda untuk memiliki hubungan," tulisnya.

Sekitar setengah jam kemudian, unggahan itu menghilang bersama dengan Peng yang tidak terdengar kabarnya lagi. Peneliti dalam program opini publik dan kebijakan luar negeri di Lowy Institute, Jennifer Hsu, mengatakan ini bukan yang pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir bagi orang terkenal di China hilang.

"Orang-orang yang membuat tuduhan terhadap pejabat tinggi, baik pejabat yang menjabat atau sebelumnya anggota pemerintah, dapat menghadapi beberapa konsekuensi yang kami lihat dilaporkan sehubungan dengan Peng Shuai,” kata Hsu kepada SBS News.

Baca Juga


Namun Peng Shuai kini telah muncul kembali. Dia melakukan panggilan video dengan presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada Ahad (21/11). Dilansir Reuters, IOC menyatakan dia mengaku dalam kondisi baik-baik saja usai menghilang secara tiba-tiba dari publik.

IOC mengatakan Peng memulai pembicaraan 30 menit dengan presidennya Thomas Bach dengan berterima kasih kepada organisasi Olimpiade atas perhatiannya. "Dia menjelaskan dirinya aman dan sehat. Ia tinggal di rumahnya di Beijing tetapi ingin privasinya dihormati saat ini," demikian bunyi pernyataan IOC.

Salah satu pendiri Alibaba, Jack Ma, menghilang selama tiga bulan tahun lalu setelah menyatakan frustrasi tentang peraturan perbankan di negara itu pada KTT Bund di Shanghai pada Oktober 2020. Pengusaha real estat, Ren Zhiqiang, hilang pada awal 2020 setelah menulis esai yang dikatakan kritis terhadap penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintah China. Dia kemudian dijatuhi hukuman 18 tahun penjara atas tuduhan korupsi.

Sedangkan eksekutif tingkat tinggi perusahaan investasi Tomorrow Group, Xiao Jianhua, telah hilang sejak 2017. Dia dilaporkan diculik dari kamarnya di Four Seasons Hotel di Hong Kong oleh agen keamanan China.

Menurut laporan tahun 2020 oleh kelompok hak asasi manusia Safeguard Defenders, sekitar 30 ribu orang telah dibawa oleh polisi ke dalam Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk (RSDL). RSDL adalah bentuk penahanan yang biasa digunakan oleh pihak berwenang di China terhadap individu yang dituduh membahayakan keamanan negara. Lembaga tersebut disahkan pada 2013 setelah Presiden Xi Jinping berkuasa.

Hsu juga menyatakan seluruh sejarah selebritas terkenal juga dilenyapkan. "Zhao Wei adalah salah satu contoh terbaru. Dia adalah salah satu bintang film China yang paling kaya, berbakat, dan sangat sukses di generasinya," katanya.

Namun pada Agustus 2021, kehadiran Zhao Wei secara daring dihapus. Acara TV dan film yang dia bintangi telah dihapus dari banyak platform streaming video.

"Sifat pasti pelanggaran Zhao Wei masih belum jelas tetapi namanya telah dihapus dari daftar casting dan halaman penggemarnya di Weibo telah dihapus," kata Hsu.

Hilang secara tiba-tiba usai berurusan dengan pemerintah China tak hanya dialami oleh tokoh ternama. Nasib serupa juga bisa dialami warga biasa.

Wall Street Journal melaporkan seorang jurnalis warga China yang videonya viral karena menawarkan pandangan sekilas tentang wabah Covid-19 di Kota Wuhan telah muncul kembali lebih dari 600 hari menghilang. Sosoknya sempat menghabiskan dua pekan di Wuhan dan pada akhir September muncul kembali.

Pengacara dan jurnalis warga bernama Chen Qiushi menghilang pada Februari 2020. Dia sebelumnya menerbitkan video yang sering memilukan dalam penggambaran ketakutan dan kebingungan yang mencengkeram dari kota yang terkunci.

Teman dan keluarga Chen percaya dia dikarantina secara paksa oleh pejabat keamanan negara meskipun tidak menunjukkan gejala sakit. Chen muncul dengan penampilan singkat dalam video langsung seorang teman di Youtube pada 30 September dan sebuah surat yang diunggah ke akunnya di Twitter.

"Selama setahun dan delapan bulan terakhir, saya telah mengalami banyak hal. Ada yang bisa dibicarakan, ada yang tidak. Aku percaya kamu mengerti," tulis surat Chen.

Sedangkan dalam video yang dibawakan oleh seniman bela diri campuran Xu Xiaodong, Chen tidak banyak berkomentar tentang kepergiannya. Dia justru memuji manfaat kesehatan fisik dan mental dari seni bela diri campuran.

Dalam unggahan Twitter pertama setelah kemunculannya kembali, Chen mengiklankan akun terdaftar baru di Douyin, TikTok versi China. Dia mengatakan berencana untuk menyelenggarakan kompetisi seni bela diri amal. "Akun Douyin sekarang diblokir," tulisnya satu jam kemudian.

Video Chen selama hari-hari awal wabah Covid-19 menawarkan salah satu dari sedikit jendela tentang apa yang terjadi di Wuhan ketika publik hanya memiliki sedikit informasi tentang virus tersebut. Rekaman itu dilihat jutaan kali di platform media sosial WeChat yang populer sebelum akunnya dihapus. Kemudian, dia terus mengunggah video di YouTube, yang diblokir di China.

Chen mendokumentasikan bencana yang sedang berlangsung dengan mewawancarai orang-orang yang kehilangan sosok yang dicintai dan merekamnya di dalam rumah sakit setempat. Dalam satu video, dia berbicara dengan jurnalis warga lain yang telah dikunjungi oleh polisi setempat.

"Aku bahkan tidak takut mati. Anda pikir saya takut pada Anda, Partai Komunis?” katanya dalam sebuah video yang diunggah sekitar sepekan sebelum dia menghilang. Pernyataan itu muncul setelah dia mengungkapkan pihak berwenang setempat telah menghubunginya dan kerabatnya untuk menekannya agar kembali ke kampung halamannya.

Maret tahun lalu, Anggota Kongres Amerika Serikat Jim Banks meminta Departemen Luar Negeri untuk mendesak China menyelidiki hilangnya tiga jurnalis warga di Wuhan, termasuk Chen. Duta Besar China untuk AS saat itu, Cui Tiankai, mengatakan dalam sebuah wawancara tahun lalu bahwa dia belum pernah mendengar tentang Chen dan mendesak AS untuk menghormati prosedur peradilan China.

Selain Chen, beberapa orang menghilang usai menunjukkan kondisi Wuhan ketika virus pertama kali menyebar pun. Di antaranya staf media pemerintah bernama Li Zehua yang juga melaporkan secara independen dari Wuhan.

Li hilang pada waktu yang hampir bersamaan dengan Chen dan baru muncul kembali dua bulan kemudian dalam sebuah video daring. Namun, sejak itu dia tidak terlihat oleh publik. Keberadaan jurnalis warga ketiga yang hilang, Fang Bin, masih belum diketahui.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler