Sepanjang 2021, Kasus TBC di Sukabumi Capai 1.106
Penemuan kasus tahun ini melebihi target yang ditetapkan yakni 1.058 kasus.
REPUBLIKA.CO.ID,SUKABUMI -- Kasus tuberkulosis (TBC) di Kota Sukabumi di sepanjang Januari hingga 19 November 2021 mencapai sebanyak 1.106. Kondisi ini menurun jika dibandingkan dengan kasus TBC pada 2019 dan 2020 lalu.
Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi menyebutkan, kasus TBC pada 2019 sebanyak 1.820 dan 2020 sebanyak 1.225. '' Kami fokus pada target dan strategi nasional eliminasi TBC,'' ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi, Lulis Delawati, Senin (22/11).
Hal ini disampaikan di sela-sela pembentukan Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan Tuberkulosis (KOPI TB) di Hotel Balcony. Kota Sukabumi menjadi daerah yang paling baik dalam menemukan kasus baru tuberkulosis (TBC) di Jawa Barat.
Hal ini didasarkan pada data Case detection rate (CDR) TBC Kota Sukabumi pada 2020. CDR merupakan proporsi jumlah pasien baru TB BTA positif yang diperkirakan dalam satu wilayah tersebut.
Di mana penemuan kasus TB atau CDR marupakan cara yang digunakan untuk penilaian kemajuan penanggulangan dengan target nasional. Penemuan kasus tahun ini melebihi target yang ditetapkan yakni 1.058 kasus.
Lulis mengatakan, pencegahan dan pengendalian TBC tidak hanya tugas pemerintah tapi perlu peran masyarakat, pihak swasta, akademisi dan peran organisasi profesi kesehatan. Oleh karenanya 13 organisasi profesi kesehatan di Kota Sukabumi bersama-sama sepakat membentuk Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan Tuberkulosis (KOPI TB).
Koalisi ini akan menjamin, mengembangkan dan memberikan dukungan dalam penanggulangan program TBC. Hal ini ditandai dengan aksi Temukan, Obati, Sampai Sembuh Tuberkulosis (TOSS TBC).
Diharapkan lanjut Lulis, akan lahir upaya bersama untuk memperkuat aksi melawan Tuberkulosis di Indonesia dalam mewujudkan Eliminasi TBC 2030. Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi mengatakan, dibutuhkan kebersamaan dan kolaborasi dalam penanganan TBC karena tidak mungkin pemerintah sendiri. Sebab dalam pengendalian TBC perlu ada dukungan dari warga dari forum dan kelembagaan di luar pemda.
Terlebih pada masa pandemi digiatkan waspada TB, HIV dan DBD. Intinya selain fokus pada Covid-19, pemkot juga fokus pada penanganan TBC.