Kumpulan Hadits tentang Lingkungan
Berikut kumpulan hadits Nabi tentang lingkungan.
IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Berikut kumpulan hadits Nabi yang, meskipun dikatakan 14 abad yang lalu, sangat relevan dengan situasi saat ini. Isu tentang lingkungan hijau bukanlah hal baru, sudah setua dan mapan seperti agama Islam:
1. Tanamlah pohon meski itu perbuatan terakhir kita
إن قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا
Artinya: “Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya maka tanamlah.” (HR. Bukhari & Ahmad)
Halaman selanjutnya ➡️
2. Menanam pohon adalah kebaikan yang berkelanjutan
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim disebutkan
عن جابر أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل على أم معبد حائطا، فقال يا أم معبد من غرس هذا النخل؟ أمسلم أم كافر؟ فقالت بل مسلم. قال فلايغرس المسلم غرسا فيأكل منه إنسان ولا دابة ولاطئر إلا كان له صدقة إلى يوم القيامة
Dari Sahabat Jabir, sesungguhnya Nabi Muhammad Saw memasuki pekarangan Ummu Ma’bad, kemudian beliau berkata, “Wahai Ummu Ma’bad siapakah yang menanam kurma ini? Muslim atau kafir?
Ummu Ma’bad menjawab, “Muslim.” Lalu Nabi Bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu memakannya baik manusia atau keledai atau burung kecuali itu akan menjadi sedekah baginya hingga hari kiamat.” (HR. Muslim)
3. Menghemat air bahkan untuk ibadah sekalipun
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم
مر بسعد وهو يتوضأ، فقال: ما هذا السرف؟فقال: أفي الوضوء إسراف؟قال: نعم ولو كنت على نهر جار
Sungguh Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam melewati Saad -bin Abi Waqas- yang sedang berwudhu', Maka beliau berkata: "Pemborosan apa ini?"
Beliau berkata: "apakah ada pemborosan didalam wudhu'?" Beliau berkata:betul, meskipun engkau berada disungai yang mengalir" (H.R Ibnu Majah, didhaifkan oleh Syaikh Albani)
Halaman selanjutnya ➡️
4. Menjaga kebersihan lingkungan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أمِطِ الأذى عن الطر يق، فإنه لك صدقه
“Singkirkanlah gangguan dari jalan, karena itu sedekah untuk kamu”
5. Anjuran daur ulang dan perbaiki barang lama
Aisyah meriwayatkan, bahwa ia ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah di rumahnya. ‘Aisyah menjawab. “Beliau menjahit pakaiannya dan memperbaiki sandalnya sendiri.”
Aisyah menambahkan, “Beliau juga senantiasa mengerjakan apa yang dikerjakan para lelaki di rumah mereka.”(HR. Ahmad)
6. Anjuran untuk merawat hewan yang terlihat tak berdaya
Hadits yang berbunyi:
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ بِي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا فَقَالَ نَعَمْ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
Artinya: "Ketika seorang lelaki berjalan dalam sebuah perjalanan dia merasa sangat kehausan lalu dia mendapati sebuah sumur. Dia turun ke sumur itu lalu minum dan setelah itu keluar. Saat itu, tiba-tiba dia melihat seekor anjing yang menjulurkan lidahnya menjilat debu karena sangat haus. Si lelaki itu berkata, “Anjing ini sangat kehausan sebagaimana yang telah aku rasakan.” Lalu dia turun lagi ke sumur, dia memenuhi salah satu sepatunya dengan air lalu dia menggigitnya dengan mulutnya (sehingga bisa naik-red) dan memberikan minum kepada anjing tersebut. Kemudian Allah Azza wa Jalla berterima kasih kepadanya (maksudnya Allah menerima amal perbuatan orang ini) dan Allah Azza wa Jalla mengampuni dosanya. Para shahabat Radhiyallahu anhum bertanya, “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , apakah kita akan mendapatkan pahala dalam (pemeliharaan) binatang ternak ?” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, pada (pemeliharaan terhadap) setiap yang bernyawa ada pahala.”n Ratna Ajeng Tejomukti