WHO: Pembatasan Perjalanan Hanya Ulur Waktu Hadapi Omicron

WHO mengingatkan kemungkinan lonjakan kasus baru di tengah penyebaran omicron.

AP/Mark Baker
Bandara Sydney, Australia. WHO menyebut pembatasan perjalanan yang diberlakukan oleh beberapa negara dapat mengulur waktu ledakan kasus Covid-19 terkait varian omicron.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa pembatasan perjalanan yang diberlakukan oleh beberapa negara dapat mengulur waktu ledakan kasus Covid-19 terkait varian omicron. Tercatat sekitar puluhan negara di seluruh dunia telah melaporkan infeksi omicron, termasuk negara Asia seperti Malaysia, India, dan Sri Lanka.

"Pengendalian perbatasan dapat menunda virus masuk dan mengulur waktu, tetapi setiap negara dan setiap komunitas harus bersiap menghadapi lonjakan kasus baru," ujar Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat, Dr Takeshi Kasai, dilansir dari AP pada Jumat (3/12).

WHO menyebut bahwa langkah-langkah yang digunakan untuk melawan varian delta harus tetap menjadi dasar untuk memerangi pandemi Covid-19. Pendekatan yang sama juga berlaku dalam menghadapi varian baru, omicron.

"Kabar positif dari semua ini adalah tidak ada informasi saat ini tentang omicron yang menunjukkan bahwa kita perlu mengubah arah kebijakan," kata Kasai.

Jumlah kasus omicron sejauh ini kecil di luar Afrika Selatan yang menjadi episentrumnya. Namun, masih banyak yang belum jelas tentang omicron, termasuk apakah itu lebih menular, membuat orang lebih sakit parah, atau apakah itu dapat menghindari perlindungan yang diberikan vaksin.

WHO sebelumnya telah mendesak agar penutupan perbatasan dipertahankan. WHO mencatat penutupan perbatasan sering memiliki efek terbatas dan dapat menyebabkan gangguan besar.

Baca Juga



Apalagi, para pejabat di Afrika Selatan sebagai negara pertama yang mengidentifikasi varian omicron telah mencela pembatasan pada pelancong dari wilayah tersebut. Mereka merasa negaranya dihukum karena memperingatkan dunia tentang virus yang telah bermutasi tersebut.

Para ilmuwan kini masih bekerja keras untuk mempelajari lebih lanjut tentang omicron sejak telah ditetapkan sebagai varian yang menjadi perhatian ("variant of concern") oleh WHO. Alasannya, jumlah mutasi dan informasi awal menunjukkan omicron mungkin lebih menular daripada varian lain.

"Beberapa negara di kawasan Pasifik Barat menghadapi lonjakan yang dimulai sebelum omicron diidentifikasi, meskipun kasus Covid-19 dan kematian di banyak negara lain telah menurun atau mendatar. Tapi itu bisa berubah," ucap Kasai.

Sejumlah negara di Asia telah mengonfirmasikan temuan kasus Covid-19 terkait varian omicron, termasuk Australia, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura. Malaysia bahkan menyebut kasus omicron lebih dulu ada di negaranya daripada Afrika Selatan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler