Ini Penyebab Kebutaan Warga Malang Usai Vaksinasi
Peradangan pada saraf mata bisa disebabkan oleh banyak faktor, termasuk infeksi.
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tim dokter Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar Malang menjelaskan penyebab kebutaan yang dialami oleh seorang warga Kota Malang, Provinsi Jawa Timur, setelah menjalani vaksinasi Covid-19. Dokter spesialis mata RSUD Saiful Anwar Malang Wino Vrieda menjelaskan, tim dokter telah melakukan serangkaian pemeriksaan untuk mengetahui penyebab pasien bernama Joko Santoso (38) kehilangan penglihatan setelah mendapat suntikan vaksin Covid-19.
"Dari hasil pemeriksaan lengkap didapatkan diagnosis terjadi peradangan pada saraf mata pasien, yang biasa disebut neuritis optik," kata Wino di Kota Malang, Selasa (7/12).
Menurut dia, peradangan pada saraf mata bisa disebabkan oleh banyak faktor, termasuk infeksi dan ada kalanya penyebab peradangan tidak diketahui. Wino mengemukakan, kasus peradangan saraf mata yang mengakibatkan hilangnya penglihatan Joko, termasuk kasus langka.
Menurut dia, sampai saat ini belum ada laporan maupun hasil penelitian yang menunjukkan adanya kaitan antara vaksinasi Covid-19 dan gangguan penglihatan. "Jadi, hingga saat ini belum ada literatur mana punatau laporan yang bisa dengan pasti untuk menyatakan bahwa vaksinlah yang menjadi satu-satunya penyebab turunnya penglihatan pada pasien," katanya.
Dokter Spesialis Saraf di Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar, Rodhian Rakhmatiar, mengatakan, diagnosa yang diterima pasien sudah melalui berbagai tahap pemeriksaan. Tak terkecuali, pemeriksaaan terhadap ada atau tidaknya penyumbatan dan pembekuan darah di saraf otak atau mata pasien.
Hasilnya, tim dokter tidak menemukan tanda-tanda tersebut pada pembuluh darah otak yang mengarah ke mata. "Akhirnya dari tim kita sepakat bukan suatu kasus penyumbatan, tapi lebih pada kasus peradangan pada saraf mata, seperti yang disampaikan oleh dokter," ucap dia.
Joko Santoso (38) mengalami kebutaan setelah mendapat suntikan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca pada 3 September 2021. Dia merasa pandangannya kabur pada malam hari setelah menjalani vaksinasi dan saat bangun tidur keesokan harinya dia sama sekali tidak bisa melihat.
Istri Joko yang bernama Titik Andayani (35) melaporkan kejadian itu kepada ketua rukun warga dan Joko kemudian dibawa ke rumah sakit. Dokter kemudian memeriksa kondisi mata Joko, termasuk struktur anatomi dan saraf matanya.
Baca Juga:
- Viral, Warga Kota Malang Akui Buta karena Vaksin AstraZeneca
- Airlangga: Vaksinasi Dosis Kedua Harus Mencapai 40 Persen
- Indonesia Kembali Terima 1,9 Juta Vaksin AstraZeneca
Rawat jalan
Joko menjalani rawat inap di rumah sakit selama sembilan hari setelah mengalami gangguan penglihatan. Selama di rumah sakit, dia menjalani beberapa terapi. "Pasien mulai menunjukkan perbaikan pada hari keempat, dengan sudah bisa melihat bayang-bayang," kata dokter Wino.
Setelah kondisinya membaik, Joko dipulangkan dari rumah sakit dan menjalani rawat jalan sampai sekarang. "Pasien semakin menunjukkan perbaikan signifikan dalam menjalani pengobatan selama tiga bulan ini," kata Wino.
Menurut Wino, pasien hampir setiap satu dua minggu menjalani perawatan ke Poli mata dan Neurologi. "Hasil pemulihan penglihatan oleh pasien kami harapkan ada evaluasi secara rutin berkala untuk bisa mempertahankan kondisi yang telah membaik," kata dia.
Menurut Wino, pasien neuritis optik akan mengalami perbaikan siginifikan dalam perawatan beberapa bulan. Langkah terpenting, pasien harus melakukan evaluasi secara berkala dan keseluruhan. Evaluasi ini bisa berlangsung enam bulan bahkan satu tahun ke depan.
"Untuk pemulihan, evaluasi berkala akan dilakukan hingga enam bulan atau satu tahun," ia menambahkan.
Kepala Bidang Pelayanan Medik RSSA Widodo Mardi Santoso mengatakan, pasien sempat dirawat inap selama sembilan hari di RSSA. Pasien dipulangkan kembali ke rumah lalu menjalani rawat jalan. "Beliau sudah rawat jalan sebanyak sembilan kali," kata Widodo.
Belum ada bukti
Wino mengatakan, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Covid-19 sangat jarang terjadi di Indonesia. Bahkan, sangat jarang ada kasus di luar negeri yang mengalami kebutaan akibat vaksin.
"Adapun, gangguan mata yang dikaitkan dengan kejadian vaksin sebelumnya (AstraZeneca) masih belum bisa ada pembuktian secara pasti apakah ada keterkaitan dengan vaksin dengan adanya gangguan penglihatan mata," kata Wino.
Menurut Wino, sampai saat ini belum ada literatur yang bisa menyebutkan AstraZeneca sebagai satu-satunya penyebab turunnya penglihatan. “Kejadian pada vaksin ataupun tidak pada optik neuritis, secara umum sendiri memang masih bisa karena kondisi coincident akibat adanya suatu kondisi lain," kata dia.
Ketua Pokja KIPI Kota Malang, Ariyani mengatakan, pihaknya telah menerima lengkap terkait kasus yang dialami Joko Santoso. Tenaga kesehatan dan pemerintah sudah melakukan berbagai upaya sehingga kondisi pasien membaik. Selanjutnya, Pokja KIPI Kota Malang akan terus mengawal kasus ini agar kesehatan mata pasien bisa terus diperbaiki.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Malang, Husnul Muarif memastikan, Dinkes Kota Malang telah memberikan pendampingan sejak laporan kebutaan masuk. Yang bersangkutan langsung dibantu untuk bisa dirujuk ke IGD RSSA untuk kemudian mendapatkan perawatan.
"Insya Allah nanti sesuai dengan jadwal, tuan JS (Joko Santoso) tanggal 10 untuk kontrol lagi ke Poli Mata RSSA. Ini kita dampingi terus dan kita juga mencatat progresnya," kata Husnul.