Studi: Kemanjuran Vaksin Pfizer Merosot Tajam Terhadap Omicron

Pfizer-BioNTech tampak 40 kali kurang efektif terhadap varian omicron.

AP/Denis Farrell
Seorang petugas pom bensin berdiri di samping tajuk berita utama surat kabar di Pretoria, Afrika Selatan, Sabtu, 27 November 2021. Studi di Afrika Selatan menyebut vaksin Pfizer-BioNTech kurang efektif melawan varian omicron.
Rep: Puti Almas, Haura Hafizhah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi yang dilakukan di Afrika Selatan menunjukkan bahwa vaksin untuk mencegah penyakit infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) berbasis mRNA dari Pfizer-BioNTech 40 kali kurang efektif dalam melawan omicron. Varian baru dari SARS-CoV-2 itu pertama kali dikonfirmasi di negara tersebut.

Dilansir laman India.com, para peneliti di Institut Penelitian Kesehatan Afrika di Durban melakukan percobaan pertama mengukur kemanjuran vaksin Pfizer pada omicron. Dari sana, mereka menemukan bahwa ada pengurangan sekitar 40 kali lipat dalam tingkat antibodi penetral yang diproduksi oleh orang-orang yang telah menerima dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech dibandingkan dengan terhadap varian awal yang terdeteksi di China pada akhir 2019.

Tim ilmuwan, termasuk Alex Sigal dari Africa Health Research Institute, menguji 14 sampel plasma darah dari 12 peserta. Sebanyak enam di antaranya tidak memiliki catatan pernah mengalami Covid-19 sebelumnya.

Baca Juga


Semuanya sebelumnya telah divaksinasi dengan vaksin Pfizer-BioNTech. Hasil studi menunjukkan penurunan 41 kali lipat pada antibodi untuk menetralkan varian baru.

Vaksin Covid-19 Pfizer untuk anak-anak. - (AP/Pfizer)

Meski demikian, Sigal mengatakan bahwa kemampuan omicron untuk "lolos" dari antibodi vaksin tidak lengkap. Sebanyak lima peserta yang seluruhnya pernah terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan titer netralisasi yang relatif tinggi terhadap varian ini.

Selain itu, antibodi yang diinduksi vaksin turun tiga kali lipat dalam kemampuannya untuk menetralkan varian beta yang sebelumnya mendominasi Afrika Selatan. Temuan yang dipublikasikan dalam server pracetak dan belum ditinjau sejawat itu menunjukkan bahwa omicron jauh lebih baik dalam menghindari perlindungan.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini masih dapat melindungi orang-orang dari omicron. Secara khusus, perlindungan yang dimaksud adalah membuat mereka yang terinfeksi tidak mengalami gejala parah.

Mike Ryan Selaku direktur di bidang darurat WHO mengatakan, tidak ada tanda omicron akan lebih mahir dalam menghindari vaksin daripada varian lainnya. Ia menyebut, data awal menunjukkan omicron tidak membuat orang bergejala lebih parah dibanding varian lainnya, seperti delta.

Dunia Khawatirkan Varian Omicron - (Infografis Republika.co.id)

"Kita memiliki vaksin yang sangat efektif yang telah terbukti efektif melawan semua varian sejauh ini, dalam hal penyakit parah dan rawat inap, dan tidak ada alasan untuk berharap bahwa itu tidak akan terjadi untuk omicron," jelas Ryan.

Dalam studi di Afrika Selatan yang dipimpin Sigal disebutkan bahwa vaksinasi yang dikombinasikan dengan infeksi alami dapat menetralisir omicron. Karena itu, para peneliti meyakini bahwa dosis ketiga vaksin Covid-19 atau booster dapat membawa manfaat yang signifikan.

Sementara itu, belum ada data lain mengenai produk vaksin lainnya terkait kemampuan melawan omicron, seperti dari Moderna dan Johnson & Johnson. Varian ini tercatat sebagai yang paling banyak bermutasi yang ditemukan hingga sekarang.

Baca juga : Usia Dominan Orang yang Terinfeksi Omicron

Menyebar di 57 negara

Pada Rabu (8/12), WHO mengatakan, varian omicron telah menyebar di 57 negara. WHO juga memperingatkan bahwa jumlah pasien yang membutuhkan rawat inap kemungkinan akan meningkat seiring dengan penyebaran varian baru tersebut secara meluas.

Dalam laporan epidemiologi mingguan, WHO mengatakan, butuh lebih banyak data untuk menilai tingkat keparahan Covid-19 yang disebabkan oleh varian omicron. Kemungkinan mutasi varian tersebut dapat mengurangi perlindungan yang diberikan vaksin Covid-19 yang saat ini beredar juga masih menjadi tanda tanya.
 
"Bahkan, jika tingkat keparahannya sama atau bahkan berpotensi lebih rendah daripada varian delta, maka rawat inap akan meningkat," ujar pernyataan WHO.
 
Pada 26 November, WHO menyatakan bahwa varian omicron yang pertama kali terdeteksi di Afrika selatan sebagai varian yang mengkhawatirkan. Varian omicron adalah strain SARS-CoV-2 kelima.

Jumlah kasus Covid-19 yang dilaporkan di Afrika Selatan naik berlipat ganda dalam sepekan. Hingga 5 Desember, jumlah kasus naik menjadi lebih dari 62 ribu. Peningkatan tertinggi terjadi di Eswatini, Zimbabwe, Mozambik, Namibia, dan Lesotho.
 
"Analisis awal menunjukkan bahwa mutasi yang ada dalam varian omicron dapat mengurangi aktivitas penetralan antibodi yang mengakibatkan berkurangnya perlindungan dari kekebalan alami," ujar WHO.
 
Kepala penelitian laboratorium di Institut Penelitian Kesehatan Afrika di Afrika Selatan, mengatakan, sebagian varian omicron dapat menghindari perlindungan dari dua dosis vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Pfizer Inc dan BioNTech. Ilmuwan yang pertama kali mendeteksi galur baru omicron, Sikhulile Moyo, khawatir dengan varian Covid-19 yang bermutasi sangat cepat.
 
"Varian (omicron) dapat bereplikasi dengan cepat dan menghindari bagian dari sistem kekebalan, menyebabkan risiko infeksi ulang yang lebih tinggi," ujar Moyo.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler