Paus Fransiskus Serukan Dialog untuk Hindari Konflik di Ukraina

Rusia telah menyangkal akan melakukan serangan ke Ukraina.

AP/Gregorio Borgia
Paus Fransiskus.
Rep: Kamran Dikarma Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransiskus angkat bicara perihal ketegangan yang terjadi antara Rusia dan Barat di wilayah Ukraina. Dia menyerukan dialog internasional yang serius guna menghindari konflik bersenjata.

“Senjata bukanlah jalan yang harus diambil. Semoga Natal ini membawa perdamaian ke Ukraina,” kata Paus Fransiskus dalam pidatonya di hadapan ribuan jemaat di Lapangan Santo Petrus, Ahad (12/12).

Negara anggota kelompok G7 dilaporkan akan memperingatkan Rusia tentang konsekuensi besar jiak ia berani menyerang Ukraina. Para menteri luar negeri negara anggota G7 diketahui sedang melakukan pertemuan puncak di Liverpool, Inggris.

Baca Juga


“Rusia seharusnya tidak ragu bahwa agresi militer lebih lanjut terhadap Ukraina akan memiliki konsekuensi besar dan harga yang parah,” demikian bunyi draf rancangan pernyataan bersama para menlu G7 yang dikonfirmasi beberapa sumber.  

Sebelumnya pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sudah memperingatkan tentang konsekuensi ekonomi yang parah jika Rusia melancarkan agresi terhadap Ukraina. Namun Moskow sudah membantah laporan yang menyebutnya ingin menyerang Kiev. Rusia justru menuding AS berusaha memperburuk situasi.

Saat ini Rusia dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tengah terlibat ketegangan di Ukraina. NATO menjamin dukungan penuh pada Kiev untuk menghadapi potensi serangan Moskow.

Hubungan Ukraina dengan Rusia telah memanas sejak 2014, yakni ketika massa antipemerintah berhasil melengserkan mantan presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych. Kerusuhan pun terjadi karena terdapat pula kelompok separatis pro-Rusia di sana.

Belakangan kelompok pro-Rusia itu terlibat konfrontasi bersenjata dengan tentara Ukraina, terutama di Donbass. Pada 2015, Rusia dan Ukraina, bersama Prancis serta Jerman, menyepakati Minsk Agreements.

Salah satu poin dalam perjanjian itu adalah dilaksanakannya gencatan senjata total di wilayah timur Ukraina. Namun Moskow dianggap tak mematuhi dan memenuhi sepenuhnya perjanjian tersebut. Hal itu menyebabkan Rusia dijatuhi sanksi ekonomi oleh Uni Eropa.

 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler