Mengenal Pengembangan Internet dari Masa ke Masa

Saat ini, kita sudah berada di era web 2.0 dan 3.0 sudah berada di depan mata.

Www.freepik.com
Jaringan internet (ilustrasi).
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani /Setyanavidita Livikacansera Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi internet terus berkembang. Internet pun mengalami evolusi.

Baca Juga


Sejak pertama diperkenalkan pada 1990 oleh Tim Berners-Lee, teknologi web masih bersifat read-only. Kemudian, pada web 2.0, internet mulai bergerak bergerak ke arah read-write, sedangkan pada web 3.0, pengembangan teknologi internet lebih bergerak ke arah hubungan manusia ke manusia, manusia ke mesin, dan mesin ke mesin.

Saat ini, kita berada di era web 2.0, tapi dengan situasi kehadiran web 3.0 sudah berada di depan mata. Dikutip dari Forbes, web 3.0 adalah internet generasi ketiga yang memungkinkan aplikasi memproses informasi dengan cara seperti manusia yang cerdas melalui teknologi, seperti pembelajaran mesin, big data atau teknologi buku besar terdesentralisasi alias blockchain.

Seniman sekaligus peneliti dari Universitas New York Mat Dryhurst, menjelaskan, saat ini kita berada di era web 2.0 dan ada sekelompok kecil perusahaan yang memiliki kekuasaan begitu besar. Nama-nama seperti Google, Twitter, dan Facebook, saat ini begitu mendominasi dan mendapatkan keuntungan yang demikian besar.

"Meskipun kita sebagai pengguna internet memiliki kontribusi yang tidak sedikit atas kesuksesan Google dan raksasa teknologi lainnya, tapi hal ini tidak memberikan kita imbas sedikit pun," ujar Dryhurst dikutip dari npr.org.

Menurutnya, hal inilah yang kemudian membuat konsep web 3.0 berkembang signifikan. Di antaranya, adalah harapan untuk hadirnya konsep internet dengan jaringan sosial baru, mesin pencari, dan penguasa pasar yang tidak mendominasi.

Konsep desentralisasi yang di bangun di atas teknologi blockchain pun menjadi penopang utama teknologi web 3.0. Di dunia web 3.0, orang-orang akan mampu mengontrol data mereka sendiri dan berpindah dari media sosial ke surel, lalu belanja menggunakan satu akun yang dipersonalisasi.

Kemudian, membuat catatan publik di blockchain dari semua akti vitas yang dilakukan tersebut. Di mana catatan tersebut akan terekam selamanya dan transparan. "Bagi kebanyakan orang, itu terdengar seperti voodoo," kata Olga Mack yang merupakan pengusaha dan dosen blockchain di University of California, Ber keley, Amerika Serikat (AS).

Perubahan web 2.0 dan web 3.0

Banyak perubahan yang dibawa oleh web 3.0 dalam menghadirkan konsep internet yang lebih baik, dibanding versi terdahulunya. 

• Web 2.0 memungkinkan konten yang dibuat pengguna langsung dapat dilihat jutaan orang di seluruh dunia secara virtual dalam sekejap. Konsep internet yang terpusat saat ini, membuat sistem keamanan dan kontrol data menjadi buruk.

Kebocoran informasi pribadi selama bertahun-tahun dari bank, dan platform sosial menunjukkan bahwa di jagat maya saat ini, tak ada hal yang benar-benar bisa menjadi privasi.

• Karena web 3.0 dibangun di atas kriptografi sederhana dan sering kali menampilkan kode sumber terbuka, siapa pun dapat berkontribusi pada proyek dengan meninjau kode. Ini meningkatkan keamanan bagi pengguna dan mengubah transparansi menjadi keunggulan kompetitif. Keuntungannya tidak hanya berbasis privasi, tetapi juga membuat pengguna menjadi lebih dilindungi.

 

• Web 3.0 juga menyeimbangkan kembali dinamika antara pengguna dan platform, karena pengguna dapat mengontrol data mereka. Hal ini berbeda dengan dunia web 2.0, pengguna harus menunggu platform untuk mengambil tindakan, seperti penghapusan data atau pengembalian akun.

Evolusi internet merevitalisasi konsep bisnis

Kehadiran teknologi baru, selalu di ikuti dengan munculnya berbagai hal baru atau konsep segar yang disematkan pada bisnis yang telah lebih dulu ada. Dikutip dari The Next Web, Pave Motors adalah perusahaan mobilitas yang didirikan oleh dua bersaudara yang memproduksi perpaduan antara sepeda dan sepeda motor listrik.

Namun, sepeda yang dimiliki Pave 1 hadir dengan konsep pengembangan teknologi data yang kental dengan sentuhan blockchain. Menurut sang pendiri, Nicolaus Nagel, ia mendirikan Pave 1 pada 2019 dengan saudaranya Caspar Nagel.

"Industri skuter telah berusia lebih dari 100 tahun, tetapi sedikit yang berubah. Tumbuh di Berlin, kami selalu menginginkan kemampuan untuk bergerak di sekitar kota dengan cepat dan mudah," ujarnya.

Setelah ia dan adiknya pindah ke Brooklyn, ternyata Nicolaus menemukan kemajuan industri mobilitas ber basis listrik dan baterai. Hal ini jualah yang membuatnya melirik peluang hadirnya kendaraan roda dua baru.

Penerapan konsep blockchain dan web 3.0 pada Pave 1 hadir dalam berbagai bentuk. Pertama, sepeda-sepeda yang dimiliki Pave telah terhubung ke jaringan blockchain pribadi.

Ketika penyewa mendapatkan sepeda, mereka akan menerima non fungible token (NFT) sebagai penanda. Ini akan secara efektif menjadi kunci pribadi karena berbasis token pada ERC 721.

Token ini pula yang digunakan untuk membuka kunci sepeda listrik, melalui Aplikasi Pave+. Aplikasi seluler yang dimiliki Pave juga secara teknis telah mengusung konsep apli kasi terdesentralisasi atau dApp. Apli kasi ini telah terhubung ke blockchain dan memungkinkan pengen dara mengautentikasi transaksi mereka dengan aman, bahkan tanpa koneksi internet.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler