Manusia adalah Miniatur Semesta, Ini Penjelasan Syekh Ibnu Athaillah

Allah SWT menciptakaan manusia dalam bentuknya yang paling sempurna

Republika/Thoudy Badai
Allah SWT menciptakaan manusia dalam bentuknya yang paling sempurna. (Ilustrasi)
Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Manusia merupakan makhluk Allah ﷻ yang berada di pertengahan antara alam nyata dengan alam ghaib. Bahkan manusia disebut sebagai miniatur alam semesta, mengapa demikian?

Baca Juga


Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam menjelaskan bahwa Allah ﷻ menjadikan manusia di antara pertengahan antara kerajaan-Nya (materi) dengan malaikat-Nya (kerajaan ghaib-Nya). 

Manusia tidak murni dari alam nyata, tidak pula murni dari alam ghaib. Akan tetapi dia berada di pertengahan antara keduanya, baik secara indrawi maupun secara maknawi.

Secara indrawi, Allah ﷻ menciptakan manusia di antara langit dengan bumi. Dan menciptakan makhluk lain seperti binatang, tumbuhan, yang bisa diambil manfaatnya oleh manusia. 

Adapun secara maknawi, Allah ﷻ menciptakan manusia dalam bentuknya yang paling sempurna dan menjadikannya sebagai sosok yang mengandung seluruh rahasia benda-benda yang berwujud.

Dengan begitu, manusia terdiri dari ruh dan jasad, langit, dan bumi. Oleh sebab itu, manusia sering disebut dengan alam terkecil. Adakalanya, menurut Ibnu Athaillah, manusia disebut sebagai miniatur dari seluruh alam semesta karena di dalam dirinya terdapat sifat-sifat malaikat. Seperti akal, makrifat, dan ibdah. 

Di sisi lain, manusia juga menyimpan sifat-sifat setan, seperti suka menggoda, memberontak, dan melampui batas.

Tak hanya itu, manusia juga memiliki sifat seperti hewan, yakni memiliki nafsu, amarah, syahwat, tamak, intrik, dan ganas. Dalam diri manusia juga tersimpan sifat tumbuhan dan pepohonan. 

Pada awalnya, manusia seumpama dahan yang lembut. Kemudian tumbuh hingga akhirnya menjadi keras dan berwarna.

Manusia juga menyimpan sifat langit, yakni tempat menyimpan segala rahasia dan cahaya serta tempat berkumpulnya para malaikat. 

Dia mengandung sifat bumi, yakni tempat tumbuhnya akhlak dan tabiat yang lembut ataupun yang keras.

Di dalam diri manusia juga terdapat hati yang menjadi sarana penampakan Illahi. Selain itu, ia memiliki sifat lauh, yakni menjadi tempat disimpannya ilmu. Allah ﷻ menjadikan manusia sedetail itu untuk memperkenalkan tingginya kedudukan manusia di antara para makhluk-Nya.   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler