Thailand Kirim Kembali Pengungsi Myanmar Lintasi Perbatasan

Thailand telah mengirim lebih dari 600 pengungsi Myanmar kembali melintasi perbatasan

(AP Photo/Chiraunth Rungjamratratsami)
Thailand telah mengirim lebih dari 600 pengungsi Myanmar kembali melintasi perbatasan, Ahad (19/12).
Rep: Dwina Agustin Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  MAE SOT -- Thailand telah mengirim lebih dari 600 pengungsi Myanmar kembali melintasi perbatasan, Ahad (19/12). Padahal bentrokan antara militer dan pemberontak etnis masih terus berlanjut.

Baca Juga


"Lebih banyak orang yang mau kembali karena mereka khawatir tentang properti mereka di sana," kata Gubernur Provinsi Tak, Somchai Kitcharoenrungroj, pada Ahad sore.

Kitcharoenrungroj mengatakan bahwa 623 pengungsi telah dikirim kembali dan 2.094 tetap berada di wilayah Thailand. Dia menambahkan bahwa semua akan dikembalikan jika mereka bersedia.

Beberapa pengungsi yang mencapai provinsi Tak di barat laut Thailand mengatakan sebelum mereka kembali ke perbatasan pada Ahad pagi bahwa mereka secara sukarela kembali. Pada Ahad sore, wartawan Reuters di sisi perbatasan Thailand mendengar tembakan terus menerus. Tentara membantah menargetkan warga sipil.

Komite Aliansi Bantuan, sebuah kelompok migran Myanmar yang berbasis di Thailand, mengatakan sekitar 1.000 orang terlantar berkemah di sepanjang perbatasan Myanmar di berbagai titik menunggu untuk menyeberang ke Thailand. Pada Ahad pagi, wartawan Reuters telah melihat puluhan pengungsi yang berlindung di sekolah lokal Thailand dimasukkan ke dalam tiga truk untuk dikirim kembali melintasi perbatasan.

"Saya melarikan diri dari Mae Htaw Talay. Ada artileri yang jatuh ke lingkungan saya. Saya berjalan melintasi air ke sisi (Thailand) ini," kata seorang pengungsi yang meminta tidak disebutkan namanya sambil berdiri di dalam truk yang akan berangkat ke perbatasan.

 

 

Wakil direktur Asia Human Rights Watch, Phil Robertson, mendesak Thailand untuk tidak terburu-buru mengembalikan pengungsi ke Myanmar. "Semua orang tahu militer Myanmar dengan sengaja menargetkan warga sipil dengan kekuatan mematikan ketika mereka turun ke lapangan, jadi tidak berlebihan untuk mengatakan para pengungsi ini benar-benar melarikan diri untuk hidup mereka," katanya.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi pada 1 Februari. Peristiwa ini memicu protes dan bentrokan sporadis di pedesaan antara milisi anti-junta dan tentara.

Pertempuran baru pecah pekan lalu antara Persatuan Nasional Karen (KNU), pasukan milisi tertua Myanmar, dan militer. Bentrokan ini memaksa ribuan orang dari negara bagian Karen Myanmar melarikan diri.

Beberapa menyeberangi sungai sempit antara Myanmar dan Thailand dengan perahu. Sementara yang lain mengarungi perairan setinggi dada sambil menggendong anak-anak. Dwina Agustin/reuters

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler