China akan Bangun 1.000 Sekolah di Irak

China telah menandatangani kesepakatan untuk membangun seribu sekolah di Irak.

aawsat.net
Sebuah sekolah yang hancur di Ramadi, Anbar, Irak.
Rep: Kamran Dikarma Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- China telah menandatangani kesepakatan untuk membangun seribu sekolah di Irak. Beijing dinilai berupaya mengambil peran lebih besar setelah Amerika Serikat (AS) menarik pasukannya dari negara tersebut. 

Baca Juga


“Perdana Menteri Irak Mustafa Al-Kadhimi mengawasi penandatanganan kontrak dengan China untuk membangun 1.000 sekolah di Irak, dalam kerangka kesepakatan antara kedua pemerintah. Pihak China diwakili wakil presiden Power China dan direktur regional Sino Tech,” kata kantor perdana menteri Irak lewat akun Twitter resminya, dikutip laman South China Morning Post, Ahad (19/12). 

Menurut Iraqi News Agency, Power China akan membangun 679 sekolah. Sementara Sino Tech mendapat jatah membangun 321 sekolah. Itu merupakan bagian dari proyek nasional Irak untuk membangun total 7.000 gedung sekolah baru. Pemerintah Irak ingin merekonstruksi infrastruktur dan sistem pendidikan setelah bertahun-tahun dilanda perang. 

Menurut UNICEF, hampir 3,2 juta anak usia sekolah di Irak tak memiliki akses ke sekolah. Pada Agustus lalu, Presiden China Xi Jinping melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Irak Barham Salih. Xi mengatakan, China akan terus mendukung upaya rekonstruksi Irak.

Menurut Kedutaan Besar China di Baghdad, Irak akan menjadi tujuan utama investasi China di kawasan Timur Tengah. Sebagian besar investasi akan mengalir ke industri minyak. Beijing merupakan pembeli terbesar minyak yang diproduksi Irak. Perusahaan-perusahaan China juga sedang dalam tahap pembicaraan untuk membangun lebih banyak infrastruktur di Irak, mulai dari pasokan listrik, komunikasi, pasokan air, bandara, dan kereta api.

 

Irak mengumumkan berakhirnya misi tempur pasukan koalisi internasional pimpinan AS di negara mereka pada 9 Desember lalu. Sebelumnya, pasukan tersebut hadir untuk membantu Irak memerangi ISIS. "Hari ini kami mengakhiri putaran terakhir dialog dengan koalisi internasional, yang kami mulai tahun lalu, untuk secara resmi mengumumkan akhir misi tempur pasukan koalisi serta penarikan mereka dari Irak," kata Penasihat Keamanan Nasional Irak Qassem al-Araji lewat akun Twitter pribadinya, dikutip Anadolu Agency.

Dia mengungkapkan, hubungan dengan pasukan koalisi AS akan tetap berlanjut. Namun mereka akan fokus pada bidang pelatihan, pendampingan, dan pemberdayaan. Pada 26 Juli lalu, Irak dan AS menggelar dialog strategis putaran keempat atau yang terakhir. Dalam pembicaraan tersebut, kedua belah pihak sepakat tentang penarikan pasukan AS dari Irak pada akhir 2021. 

 

AS telah memimpin pasukan koalisi untuk memberantas ISIS dan kelompok teror lainnya di Irak sejak 2014. Dengan bantuan mereka, pasukan Irak berhasil mengalahkan ISIS pada 2017.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler