Kongo Khawatir Serangan Teroris Susulan
Warga diminta untuk waspada karena serangan teroris kemungkinan masih akan terjadi.
REPUBLIKA.CO.ID, BENI -- Pihak berwenang Kongo mendesak gereja-gereja, restoran-restoran dan hotel-hotel memperketat keamanan mereka. Setelah serangan bom bunuh diri yang menewaskan lima orang di Kongo timur.
Wali Kota Beni Narcisse Muteba yang seorang kolonel polisi memperingatkan pemilik venue-venue populer di Kota Beni untuk memperketat penjagaan mereka dengan detektor metal. Sebab, katanya, 'teroris' dapat kembali menyerang.
"Kami meminta masyarakat untuk waspada dan menghindari tempat-tempat publik di masa liburan," kata Muteba, Ahad (27/12).
Awalnya, pemerintah mengatakan, total korban tewas sebanyak enam orang termasuk pelaku bom bunuh diri. Tapi kemudian Muteba meralat jumlah korbannya lima orang. Tiga belas orang lainnya masih dirawat di rumah sakit setelah pintu masuk restoran Inbox meledak di hari Natal.
Pertumpahan dari ini menambah ketakutan ekstremis telah menguasai Beni. Kota yang sudah lama menderita akibat serangan-serangan pemberontak dari Allied Democratic Forces (ADF).
Muteba yakin serangan terakhir dilakukan para pemberontak yang memiliki koneksi dengan kelompok-kelompok ekstremis internasional yang tidak jelas. ISIS Provinsi Afrika mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan yang disalahkan pada ADF.
Namun tidak diketahui apa peran organisasi yang lebih besar dalam pembiayaan dan mengorganisir serangan-serangan tersebut. Terdapat tanda-tanda ekstremisme semakin meningkat di sekitar Beni. Pada awal tahun ini dua orang imam setempat dibunuh dalam jarak satu pekan satu sama lain. Keduanya vokal menentang ADF.
Pada Juni, ISIS Provinsi Afrika mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di dekat bar di Beni. Serangan itu tidak melukai siapa pun selain pelaku bom bunuh diri. Ledakan juga terjadi di hari yang sama di sebuah gereja Katolik, serangan itu melukai dua orang.
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan terbaru. Pihak berwenang mengatakan pelaku berhasil dihentikan di depan pintu restoran yang penuh. Usai ledakan di pintu masuk, darah tergenang di trotoar dan kursi-kursi berserakan.
Rachel Magali yang berada di restoran itu bersama ipar dan beberapa orang lainnya mengatakan ia mendengar suara ledakan keras. Kemudian ia melihat orang-orang menangis. "Kami bergegas ke pintu keluar di mana saya melihat orang-orang tergeletak," katanya.
"Ada kursi plastik hijau berserakan di mana-mana dan saya juga melihat kepala dan tangan tidak lagi tersambung, sangat-sangat mengerikan," tambahnya.